Australia Sadap Pejabat Indonesia Sejak 1956

Australia Sadap Pejabat Indonesia Sejak 1956
Ratusan massa Ormas Islam Hizbut Tahrir, Front Pembela Islam (FPI) dan Komando Pembela Merah Putih (KPMP) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Kedubes Australia di Jakarta, Jumat (22/11). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan ada banyak negara di belakang kegiatan Australia menyadap Indonesia. Kegiatan penyadapan itu sendiri menurut Mahfudz sudah berlangsung sejak lama.

"Australia menyadap Indonesia sudah sangat lama. Tepatnya dimulai tahun 1956. Australia leluasa menyadap Indonesia karena dibantu oleh banyak negara," kata Mahfudz Siddiq, dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan organisasi masyarakat (Ormas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), di Jakarta, Jumat (22/11).

Ditegaskannya, di belakang Australia, ada sejumlah negara lain yakni Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Kanada. "Mereka tergabung dalam The Five Eyes, termasuk Australia," ungkap Mahfudz.

Dalam The Five Eyes lanjutnya, telah ditetapkan bahwa yang memasok teknologi adalah Amerika Serikat. "Bukan hanya itu, Amerika Serikat yang membiayai seluruh kegiatan penyadapan," jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Makanya, lanjutnya, secara teknis seluruh teknologi komunikasi produksi negara-negara barat yang beredar di luar negara-negara The Five Eyes secara langsung membuka pintu untuk disadap.

"Karena Indonesia tidak termasuk dalam The Five Eyes, Nine Eyes atau Twelve Eyes, makanya masuk target penyadapan," imbuh Mahfudz Siddiq. (fas/jpnn)

 


JAKARTA - Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan ada banyak negara di belakang kegiatan Australia menyadap Indonesia. Kegiatan penyadapan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News