Awas, Jalur Alternatif Rawan Longsor

Pebalik Masih Gunakan Jalur Singaparna-Garut

Awas, Jalur Alternatif Rawan Longsor
Arus mudik masih terlihat padat di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/9). (foto; Charlie Lopolua/Indopos)
TASIK – Pebalik dari Jawa Tengah yang menggunakan jalur alternatif Mangkubumi-Singaparna-Salawu-Garut menuju Bandung dan Jakarta, harus berhati-hati saat melewati Salawu, karena longsor senantiasa mengancam. Terlebih saat kawasan tersebut diguyur hujan.

Berdasarkan data dari Polres Tasikmalaya, kawasan yang rawan longsor di Salawu memiliki panjang sekitar 10 kilometer. Mulai dari Desa Neglasari Kecamatan Salawu (selepas Kampung Naga) hingga perbatasan dengan Garut. “Terutama wilayah jalan Tenjowaringin dan Kutawaringin,” ungkap Kasat Lantas Polres Tasikmalaya AKP Wadi Sa’bani SIK saat memberikan keterangan kepada Radar Tasikmalaya (grup JPNN), kemarin.

Berdasarkan data yang dihimpun Radar Tasikmalaya, di dua daerah tersebut memang kerap terjadi longsoran. Terutama di Tenjowaringin, pernah mengalami longsoran besar pada 2009 yang menutup ruas jalan.

Wadi Sa’bani menjelaskan bahwa kawasan Salawu rawan longsor karena anatomi tanah di wilayah tersebut labil. “Sehingga dengan anatomi itu memungkinkan terjadinya longsor,” jelasnya. Untuk mengantisipasi terjadi longsor, Polres Tasikmalaya bersama Dinas Bina Marga Kabupaten Tasikmalaya senantiasa mematau kawasan tersebut.“Kita selalu waspada dengan cara melakukan pemantau dan menempatkan beberapa petugas termasuk kerja sama dengan pihak warga termasuk bekerja sama dengan dinas terkait (Bina Marga Kabupaten Tasikmalaya, red),” katanya.

TASIK – Pebalik dari Jawa Tengah yang menggunakan jalur alternatif Mangkubumi-Singaparna-Salawu-Garut menuju Bandung dan Jakarta, harus berhati-hati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News