Awas! Letusan Utama Gunung Agung Diprediksi 1 Bulan Lagi

Awas! Letusan Utama Gunung Agung Diprediksi 1 Bulan Lagi
Warga Kubu masih menggarap lahan untuk ditanami jagung, Minggu (26/11). Foto: Agung Bayu/Bali Express

jpnn.com, KARANGASEM - Status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali kembali ditetapkan ke level tertinggi yakni Level IV (Awas) sejak Senin (27/11) pukul 06.00 Wita. Pusat Vulakonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi, letusan utama Gunung Agung bisa terjadi satu bulan setelah letusan pendahuluan.

Kabid Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika menjelaskan, peningkatan status Gunung Agung menjadi level tertinggi ini dikarenakan beberapa aspek. Salah satunya adalah dengan meningkatnya aktivitas gunung yang dibuktikan dengan adanya letusan freatik dan letusan magmatik.

Selain itu, Gunung Agung hingga kini masih mengeluarkan abu vulkanik dengan ketinggian mencapai 3.000 meter. Hal lainnya yang turut menjadi pertimbangan adalah terpancarnya sinar lava pada malam hari di kawah Gunung Agung yang merupakan pertanda bahwa saat ini lava sudah mendekati bibir kawah.

Bahkan, sehari sebelum dinaikkan statusnya, terjadi dua kali dentuman di Gunung Agung yang terdengar hingga radius 12 Km. “Ciri-ciri tersebut menandakan bahwa tekanan atau energi di dalam Gunung Agung masih tinggi, diprediksi akan terjadi letusan besar,” paparnya.

Sementara itu, terkait dengan adanya gempa hingga saat ini belum tercatat. Sedangkan soal adanya pencerahan cahaya di puncak Gunung Agung, disebut sebagai akibat dari aktivitas magnatik yang tinggi di dalam kawah Gunung Agung.

Berdasarkan pantauan Bali Express sejak Senin (27/11) pagi, di beberapa sungai yang berhulu di Gunung Agung turut mengalami banjir lahar hujan. Suantika menjelaskan, bahwa lahar hujan bisa terjadi ketika adanya pertemuan antara abu vulkanik dengan air hujan. “Material magma sudah berinteraksi dengan air hujan, itulah yang disebutkan dengan lahar hujan,” ungkapnya.

Pun demikian, menurutnya dalam terminologi Gunung Api dikenal dengan dua istilah yakni lahar hujan dan lahar letusan. Jadi lahar hujan itu identik dengan kondisi yang dingin, karena akibat pertemuan abu vulkanik dengan air hujan, sedangkan untuk lahar letusan umumnya sangat panas, karena proses pembentukanya dikarenakan adanya danau di kawah yang menyebabkan adanya luberan lahar, dan itu tentu panas,” jelasnya.

Terkait dengan adanya ancaman bahaya, pihaknya mengaku hingga saat ini radius 6 Km sudah terdampak terhadap adanya lahar hujan ini. Pun demikian, Suantika mengatakan bahwa saat ini sungai yang berhulu di Gunung Agung rata-rata mengalami PH yang menurun atau berada di tingkat asam. “Nah kalau masyarakat berada di sekitar air yang mengandung asam tentu tidak baik,” katanya.

Jika mengacu pada letusan Gunung Agung tahun 1963, letusan saat ini merupakan tipe pendahuluan. Dan, letusan utama diprediksi satu bulan lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News