Ayat dan Mayat (Lagi)

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ayat dan Mayat (Lagi)
Di Amerika, perang politik identitas tidak terhindarkan. Di Indonesia, hal yang sama juga tidak akan bisa dihindarkan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Polarisasi kadrun vs cebong masih tetap panas, dan bahkan lebih panas.

Prabowo-Sandi dianggap menjadi representasi kubu ‘’ayat mayat’’ melawan Jokowi-Ma’ruf Amin yang menjadi andalan kelompok pendukung Ahok-Djarot.

Kali ini, Jokowi-Ma’ruf menang dan skor menjadi imbang 1-1.

Prabowo-Sandi kemudian menyeberang ke kubu Jokowi dan masuk ke dalam kabinet.

Prabowo dengan cepat menyesuaikan diri dengan inner-circle Jokowi dan dengan cepat memperoleh kepercayaan dari Jokowi.

Seharusnya secara praktis polarisasi sudah selesai. Itu pula alasan yang dipakai Prabowo untuk menjustifikasi rekonsiliasinya dengan Jokowi.

Alih-alih selesai, polarisasi malah membuka front baru.

Kalau sebelumnya polarisasi hanya terjadi di Jakarta—dengan gaung resonansi yang meluas secara nasional—kali ini polarisasi benar-benar meluas secara nasional.

Di Amerika, perang politik identitas tidak terhindarkan. Di Indonesia, hal yang sama juga tidak akan bisa dihindarkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News