Bebas Virus Corona, Mahasiswa Tiongkok Tetap Kesulitan Kembali Kuliah di Luar Negeri

Ritsu juga tidak bisa memulai magangnya dengan sebuah pusat penelitian, dan khawatir apakah dia harus menghentikan studinya di bidang hukum tersebut.
Namun dia masih beruntung. Kerjaannya di sebuah kantor firma hukum tidak terganggu karena firma tersebut berjanji akan tetap memberikan posisi untuknya.
Reaksi berlebihan?
Seorang mahasiswa internasional lain yang dikenal dengan nama Ray saat ini juga menjalani karantina sendiri di rumahnya di Beijing.
Dia marah dengan pemerintah Australia dan mengatakan larangan perjalanan itu 'reaksi berlebihan mengikuti apa yang dilakukan Amerika Serikat'.
Kekhawatiran utamanya adalah mengenai kemungkinan dia tertinggal dalam kuliahnya.
"Saya mahasiswa hukum, dan beberapa unit mata kuliah adalah mata kuliah wajib untuk semester berikutnya," kata Ray.
"Kalau saya ketinggalan satu semester, saya bisa saja harus mengulang satu tahun."
Beberapa mahasiswa internasional lainnya juga khawatie bahwa status visa mereka di Australia terancam bila mereka tidak hadir dalam kuliah yang merupakan bagian dari persyaratan pemberian visa.
Ketiba Karen tiba di Bandara Internasional Qingdao hari Sabtu sore untuk terbang ke Australia, suasana di sana tidak karuan
- Mahasiswa Merusuh saat May Day, Buruh Demak Dukung Polisi Bertindak
- Kelompok Anarko Dalang Kerusuhan Hari Buruh di Semarang, 6 Mahasiswa Jadi Tersangka
- Tersangka Kerusuhan May Day Semarang Terancam 7 Tahun Penjara
- LSM dan Mahasiswa Dinilai Berperan Penting sebagai Penyeimbang Kekuasaan
- Beban Ekonomi Makin Berat, Masyarakat Rela Mengantre demi Beras Gratis di Kampus UBK
- Tarif Trans Semarang Rp 0, Pelajar dan Mahasiswa Tinggal Naik