Berdebar Menunggu Kejutan Politik

Berdebar Menunggu Kejutan Politik
Berdebar Menunggu Kejutan Politik
Jika mengingat ilmu perang China kuno, PD bisa tenang-tenang untuk sementara membiarkan para rivalnya saling bersaing. Siapapun yang menang sudah pasti kehabisan tenaga, sehingga lebih mudah mengalahkannya. Di atas kertas, gampang, bukan?

Sayangnya, Pemilu tidak semirip kompetisi sepakbola yang melalui babak penyisihan, perempat final, semi final dan final. Pemilu langsung memasuki final, sehingga PD tak bisa tinggal diam. Jadilah semua terjun ke final, semua membujuk rakyat pemilih agar memilih partainya.

Wow, ada 38 partai berebut suara. Pertumbuhan jumlah partai lebih 50 persen (karena hanya 24 partai pada Pemilu 2004), sementara pertumbuhan pemilih normalnya hanya 10 persen. Pembagi lebih banyak dari yang dibagi, bagai piring yang semakin banyak tapi nasi bertambah sedikit saja, begitu kira-kira. Apa gerangan yang akan terjadi?

Kendati pun para pakar politik bilang ada yang disebut parpol papan atas, para pemain lama dan papan bawah, pemain baru, tetapi sedikit banyaknya pendatang baru akan mempengaruhi keberadaan dan perolehan suara partai papan atas. Tidak seekstrim hukum Archimedes, bahwa jika sebuah benda dicelupkan ke dalam air, maka ia akan mengambil tempat sebesar volume batu itu.

JIKA diamat-amati, beberapa partai politik (parpol) “besar” atau yang “merasa” besar sangat bersemangat keluar sebagai pemenang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News