BI Sampaikan Tantangan Pelik Indonesia, Ada Risiko Ekonomi Morat-marit

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengingatkan pemerintah tentang risiko stagflasi yang bisa menyebabkan guncangan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin Juhro mengatakan saat ini pihaknya tengah berjuang untuk menekan risiko itu.
Adapun stagflasi ekonomi adalah periode ketika inflasi dan konstraksi terjadi secara bersamaan.
Risiko stagflasi diperkirakan bervariasi antar-negara di dunia, sehingga risiko tersebut perlu dicermati lebih lanjut.
"Sebab, kebijakan moneter beberapa negara besar yang lebih agresif yang berpotensi meningkatkan ketidakstabilan ekonomi global," kata Solikin dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 bertajuk "Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery" di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (13/7).
Solikin melihat ada krisis yang berkepanjangan dan menular.
Menurutnya, jika sebuah negara tidak bisa bersungguh-sungguh menangani hal tersebut dengan benar akan ada risiko yang akan terjadi untuk krisis berikutnya.
Usai beberapa negara mengangkat tangan dari pandemi Covid-19 yang sudah melandai, muncul berbagai konflik baru seperti geopolitik hingga proteksionisme.
BI mengatakan saat ini pihaknya tengah berjuang untuk menekan risiko guncangan stabilitas ekonomi
- BPS: Ekonomi Triwulan I 2025 Tumbuh 4,87 Persen
- BigBox AI Meningkatkan Loyalitas Pelanggan lewat Layanan Purna Jual
- Fathi Nilai Kebijakan Ekonomi Trump Ancaman Serius, Pemerintah Perlu Strategi Baru
- Memahami Gagasan Presiden Prabowo Tentang Mengurangi Ketergantungan dengan Negara Lain
- Siap Tingkatkan Ekraf, Gempar Targetkan Sulut Jadi Pintu Gerbang Asia Pasifik
- PNM Tebar Beasiswa Bagi Anak Nasabah untuk Dorong Pengentasan Kemiskinan