Budaya Tandingan Ida Dayak

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Budaya Tandingan Ida Dayak
Pengumumpan pembatalan pengobatan alternatif Ida Dayak, di Kostrad Cilodong, Kota Depok. Foto : Lutviatul Fauziah/JPNN

Ida Dayak pun mendadak populer mengalahkan dokter-dokter spesialis.

Heboh dukun sakti sudah menjadi bagian dari cerita Indonesia. Pada 2009 yang lalu Jawa Timur heboh oleh dukun cilik bernama Muhammad Ponari Rahmatullah, atau lebih dikenal sebagai Ponari. Ia diyakini mampu mengobati berbagai penyakit dengan batu ajaib yang diakui diperoleh dari langit.

Konon ketika sedang bermain di bawah hujan Ponari mendengar suara petir menggelegar di dekatnya. Setelah petir hilang ia menemukan sebuah batu hitam seukuran kepalan anak kecil. Dengan batu hitam itulah Ponari mengobati pasien-pasiennya.

Ketika itu belum musim media sosial. Orang mendengar kabar dari mulut ke mulut. Puluhan ribu orang datang ke rumah Ponari di Jombang untuk berobat. Entah benar-benar sembuh atau tidak, tetapi orang-orang itu sudah terlanjur percaya bahwa Ponari adalah dukun cilik yang sakti.

Ketika itu Ponari masih kelas empat sekolah dasar. Karena kesibukannya yang sangat tinggi sebagai dukun cilik ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya.

Setelah sempat tidak bisa sekolah hampir tiga tahun karena kesibukan melayani pasien, akhirnya Ponari berhasil menamatkan pendidikan dasar dan menengah.

Sekarang Ponari sudah dewasa, tetapi tidak lagi melanjutkan profesi sebagai dukun. Ponari bekerja di sebuah pabrik dan pernah menjadi sales keliling. Ia menikahi kekasihnya yang juga bekerja di pabrik.

Ketika fasilitas kesehatan masih belum memadai dan belum bisa menjangkau rakyat kecil, fenomena Ida Dayak dan Ponari akan terus bermunculan.

Pihak keamanan membubarkan praktik pengobatan Ida Dayak, karena tidak mungkin bisa melayani sebegitu banyak orang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News