Bukan Isu SARA di Pilpres 2019 tapi Manipulasi Data

Bukan Isu SARA di Pilpres 2019 tapi Manipulasi Data
Yunarto Wijaya. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pengamat memprediksi isu SARA terutama agama tidak akan muncul lagi di Pilpres 2019 setelah Jokowi menggandeng Ketum MUI KH Ma’ruf Amin.

Namun, bukan berarti isu SARA bakal betul-betul hilang. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya pilihan cawapres dari kubu Prabowo dan Jokowi itu memang mengubah persepsi selama ini. Dulu koalisi umat hanya di Prabowo atau yang nasionalis hanya di Jokowi.

”Pilkada DKI tidak akan terjadi pada level seperti itu di 2019. Tapi apakah ini akan bersih dari isu SARA? Saya kira tidak,” kata Yunarto seperti diberitakan Jawa Pos.

Perbincangan tentang kebijakan tetap bisa jadi akan dibungkus dalam politik primordial. Misalnya muncul istilah poros Makah dan poros Beijing yang sebelumnya tidak dikenal dalam perekonomian.

Termasuk soal reklamasi yang dibahas bukan soal lingkungan hidup atau akses kemanfaatan tapi masalah dugaan kepentingan Tiongkok. ”Hal-hal yang terkait kampanye SARA tapi dalam konteks menumpang isu kebijakan,” ujar dia.

Nah, media sosial akan menjadi medan perang dalam pertarungan isu-isu tersebut untuk menyerang pasangan calon presiden wakil presiden.

Bahkan, Yunarto menyebutkan manipulasi data bisa jadi akan semakin marak di media sosial. Misalnya soal data kemiskinan yang disebarkan melalui berbagai medsos. ”Ketika mulai berdebatan substantif tiba-tiba muncul hoax yang membelokan substantif itu,” tambah dia.

Baru-baru ini Charta Politika juga menjadi korban hoaks. Sebuah info grafis menggambarkan hasil survei tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandi.

Isu SARA diprediksi tidak laku di Pilpres 2019, namun beralih modus manipulasi data yang disebarkan lewat medsos.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News