Cendol Dawet

Oleh: Dahlan Iskan

Cendol Dawet
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu tidak mungkin saya berikan ke perawat atau petugas kebersihan. Rumah sakit ini menerapkan prinsip modern: perawat dilarang menerima apa pun dari pasien. Hatta itu hanya kue.

Itu prinsip manajemen yang baik. Yang akan bisa membentuk corporate culture yang bersih dan lugas.

Agak berbeda dengan prinsip hukum fikih, atau fekih –ikut istilah Gus Baha'. Khususnya bab yang membahas soal mubazir.

Memang itu mubazir sekali. Dilarang agama. Mubazir itu temannya setan.

Tapi kalau perawat dan petugas diizinkan menerima itu belum tentu tidak mubazir. Justru mubazirnya bisa lebih besar: rusaknya manajemen. Lalu berkembang ke arah koruptif. Dan kerusakan seperti itu nilainya jauh lebih besar. Dibanding nilai makanan yang disayang tersebut.

Padahal sistem manajemen yang rusak, sulit sekali dibangun kembali. Prinsip manajemen dalam hal ini memang tidak seiring dengan fekih.

Kenapa tidak dimakan habis saja? Agar tidak mubazir?

Tidak sanggup. Kalau saya lakukan itu justru lebih mubazir lagi: dengan terpaksa makan semua itu kesehatan saya akan memburuk. Harga obat, dokter, dan perawatannya jauh lebih besar –dari nilai makanan itu.

Intinya: cendol-cendol di darah saya itu sangat berbahaya. Terutama karena status saya yang residivis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News