Cerdiknya Indonesia Atasi Pragmatisme Malaysia

Cerdiknya Indonesia Atasi Pragmatisme Malaysia
Cerdiknya Indonesia Atasi Pragmatisme Malaysia
Di sinilah ciri pragmatisme Malaysia muncul. Malaysia dengan pengalamannya terhadap kasus Sipadan-Ligitan menarik pelajaran bahwa ternyata persoalan batas wilayah bukan satu-satunya jalan untuk memenangkan suatu dispute (ketidakjelasan status) batas wilayah. Jadi, dalam hal ini, Malaysia mengambil manfaat dengan adanya dispute batas.

Sikap Malaysia sangat berbeda sebelum dan setelah kasus Sipadan-Ligitan dalam menangani masalah-masalah perbatasan. Seperti ada pendekatan lain yang diyakininya, yaitu pendekatan okupasi, aktivitas, kehadiran dan keberadaan secara fisik, serta lebih spesifik lagi pendekatan ekonomi dan kesejahteraan. Kita juga tidak boleh lupa bahwa Indonesia adalah leader atau pemimpin dalam kerjasama kawasan ASEAN, sehingga Indonesia tidak perlu terpancing dengan artikulasi politik yang buruk dari Malaysia.

Indonesia juga kemudian menjadi leader dalam pengembangan peningkatan Deklarasi ASEAN menjadi KOMUNITAS ASEAN yang telah mengubah orientasi. Tak hanya orientasi dalam kerjasama (penajaman tujuan), tapi juga dalam legal-aspect (memiliki daya ikat, dan berdasarkan rule-based), sistem kerja (mekanisme, sistematika, keteraturan, dll).

Kita masih melihat perkembangannya ke depan dengan tiga komunitas ASEAN yang sudah dibangun tersebut. Tidak mudah memang bagi Indonesia, yang  harus menunjukkan sosok pemimpin di kawasan ASEAN, sementara kita tahu sangat banyak persoalan, baik di luar maupun di dalam negeri yang kita hadapi.

Persoalan lintas batas negara ASEAN, meliputi ancaman kejahatan transnasional lintas batas, kejahatan lintas batas, dan manajemen perbatasan seperti pemalsuan tanda pengenal dan dokumen perjalanan. Meskipun secara ekonomis konsep hubungan kerjasama kawasan adalah menghilangkan perbatasan, namun secara geografis kawasan Asia

PRESIDEN  RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidatonya untuk menyikapi persoalan Indonesia-Malaysia pada 1 September 2010. Pidato

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News