Cerita Mantan Kopassus, Rahang Pernah Tertembus Peluru

Hendri juga ikut serta dalam Operasi Terpadu Aceh 2003-2004. Di mana saat itu dia mendapat mandat sebagai Komandan Kompi Para Komando (Parako) Kopassus.
“Saya membawa satu kompi ketika di Aceh. Berada di dalam hutan, selain kompas kami juga mengandalkan matahari. Seringnya kami kehabisan bahan logistik di tengah perjalanan, sehingga terpaksa mengonsumsi logistik wilayah,” ucapnya.
Maksudnya, sumber daya alam di sekeliling mereka tinggal. Ular dan biawak bakar merupakan hidangan istimewa. Dagingnya tentu saja berbeda dari daging ayam.
“Tekstur daging ular kan sedikit kenyal ya dari ayam,” celetuknya lalu tertawa kecil. Selama 14 tahun, menu itu sudah biasa baginya.
Sekalipun bukan menu favorit, ketika bekal logistik menipis, mau tak mau harus bertahan hidup dengan itu semua.
Jika pun tidak, mereka kerap mengonsumsi umbi ataupun buah-buahan yang tumbuh di hutan.
“Apalagi perjalanan atau tugas di dalam operasi terkadang tak menentu. Bisa memakan waktu belasan hari,” tambahnya.
Berada di daerah yang dikelilingi hutan belantara pun sudah menjadi hal biasa. Menggunakan taktik perang hutan dan antigerilya.
Kopassus gerak-geriknya tertutup. Seperti pergerakan mereka di setiap misi yang mereka jalankan. Sunyi dan senyap.
- Menhan Sjafrie Mengusulkan Tunjangan Operasi Prajurit TNI Naik 75 Persen
- Prajurit Aktif Gugat UU TNI ke MK, Imparsial: Upaya Menerobos Demokrasi
- Mayor Hery Ismoyo & Wahyu Millian Resmi Jadi Komandan Batalyon Kopassus
- Mabes TNI Tuding KKB yang Bantai Pendulang Emas Lakukan Propaganda
- Panglima TNI Jenderal Agus Minta Prajuritnya Lanjutkan Pengabdian Kepada Bangsa dan Negara
- Ibas Memuji Peran TNI, Ahli Gizi hingga Masyarakat di Program Makan Bergizi Gratis