Cerita Mbah Rono, Pak SBY pun Tak Berani Intervensi

Cerita Mbah Rono, Pak SBY pun Tak Berani Intervensi
Mantan Kepala PVMBG, Surono, ketika ditemui di Boutique Apartemen Kemayoran Jakarta, Jumat 29/12. Foto: Chandra Satwika/Jawa Pos

Doktor geofisika lulusan Universite Savoie Mont Blanc, Chambery, Prancis, itu memiliki prinsip yang dipegang teguh dalam menjalani hidupnya maupun profesinya. Yakni, kejujuran, kecerdasan, kecepatan, dan keberanian.

Seluruhnya merupakan satu kesatuan, tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Bila hanya modal jujur, banyak yang bisa melakukannya.

Begitu pula bila sekadar cerdas, tapi tidak jujur. Akan lebih berbahaya. ’’Mungkin suatu saat saya pakai baju oranye (tahanan KPK, Red),’’ tuturnya.

Kalau jujur dan cerdas, tapi tidak cepat, juga tidak ada gunanya. Negara akan rugi membayar orang yang lambat dalam bekerja lantaran uangnya berasal dari pajak.

Untuk bisa bekerja cepat, dibutuhkan keberanian. Atas dasar prinsip itulah, saat masih menjadi pejabat, Surono menolak bila keputusannya terkait mitigasi gunung api diintervensi, bahkan oleh presiden.

’’Kalau saya diintervensi, saya minta dipecat saja. Termasuk Pak SBY kan nggak berani mengintervensi saya,’’ ucapnya.

Berkah gunung api itu pula yang menjadikan Indonesia sebagai pusat studi gunung api dunia. Kata ”lahar” sudah diadopsi di seluruh dunia sebagai istilah untuk cairan panas hasil erupsi.

Bahkan, pembentukan Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) yang banyak menolong penerbangan saat terjadi letusan gunung api juga terinspirasi dari Indonesia.

Surono, yang akrab dipanggi Mbah Rono, ketika itu tahu Gunung Merapi akan meletus lebih besar, tetapi dia tidak boleh ngomong seperti itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News