Cerita Pelarian Kitina, Ibu Dua Anak Korban Perang di Mimika
Selama tiga hari, satu keluarga itu tinggal berbaur dengan puluhan kepala keluarga hingga ratusan jiwa di dalam gereja tersebut. “Yang penting ada tempat berteduh saja, makan nanti kita cari sama sama,” ujarnya.
Selama tiga hari itu, mereka tidak bisa keluar halaman gereja karena takut jangan sampai ada musuh yang berkeliaran. Walaupun ada anggota keamanan yang siaga di jalan umum, namun kekhawatiran itu terus menghantui sehingga tidak bisa berbuat banyak. Juga hanya menunggu ada yang memberikan sedikit berkat makanan untuk makan bersama kedua anaknya itu.
Sambil menggendong tas noken di kepala Kitina berharap kepada pemerintah daerah maupun pihak-pihak terkait, untuk sebisanya mengulurkan tangan guna membantu dan melihat kondisi mereka di lokasi pengungsian.
“Untung kemarin pagi itu ada yang datang bawa supermi, beras, susu untuk kami di sini baru kami makan. Kemarin juga ada yang datang bawa babi baru masak. Kami makan di sini sama-sama,” terangnya. (**)
PERANG selalu memakan korban. Sedih, pilu, seperti yang dirasakan para korban konflik antarwarga di Kwamki Narama, Mimika, Papua, yang sudah berlangsung
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor