Gunung Agung Erupsi

Cerita Sedih dari Bandara Ngurah Rai

Cerita Sedih dari Bandara Ngurah Rai
Beberapa penumpang di Bandara Ngurah Rai tampak tertidur di emperan dengan menggunakan alas kardus. Foto: Zulfika Rahman/Radar Bali

Dengan kondisi itu, dia dan tiga temannya tersebut tidak bisa berbuat banyak, sementara kepastian dibukanya penerbangan belum diketahui.

Beruntung dia memiliki teman yang bekerja di kawasan Denpasar. “Kemungkinan nanti saya numpang makan sama teman saya. Maunya saya refund tiket, nantinya saya pakai beli tiket kapal laut,” tuturnya.

Lain halnya yang dirasakan Sabina Sangu (42), perempuan asal Bajawa Flores ini sangat terpukul dengan situasi yang terjadi. Sabina yang berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Minggu malam ini juga tertahan saat melakukan transit di Bandara Ngurah Rai.

Perasaan sedih bercampur aduk yang dirasakan lantaran tidak bisa menghadiri pemakaman saudaranya sendiri. “Akan dimakamkan hari ini (Senin) sore. Padahal tinggal saya saja yang ditunggu oleh keluarga,” ucapnya sedih.

Mirisnya, dia dengan almarhum kakaknya tersebut cukup lama tidak bertemu lantaran harus memutuskan merantau sebagai pengasuh di ibu kota. “Ada sekitar tiga tahun saya tidak pulang. Ini baru pulang karena saudara meninggal. Tapi mau bagaimana lagi karena situasinya seperti ini,” imbuhnya.

Sejak dinyatakan tutup, aktivitas penerbangan dari beberapa maskapai yang biasanya berlalu lalang mengantar penumpang pun tidak tampak lagi. (zulfika rahman/rb/zul/mus/jpr)


Sabina yang tertahan di Bandara I Gusti Ngurah Rai sedih lantaran tidak bisa menghadiri pemakaman saudaranya sendiri.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News