Citibank dan Praktik Premanisme Eksklusif
Oleh : Rhenald Kasali
Senin, 04 April 2011 – 09:09 WIB
Korporasi yang terlibat bisa saja berkelit mereka bukan karyawan tetap, melainkan tenaga outsourcing. Tetapi, itu tidak cukup menghibur kemarahan publik karena outsourcing tidak ada dengan sendirinya.
Baca Juga:
Outsourcing adalah sebuah pilihan, diambil secara sadar. Apalagi, korban tewas di halaman korporasi yang seharusnya memberikan pelayanan dan perlindungan kepada nasabahnya. Sedangkan kejahatan orang dalam juga bukan hal baru. Semua terjadi karena ada atasan yang lalai dan sistem yang tidak bekerja.
Strong Brand
Kejadian di atas merupakan ujian bagi konsep brand equity yang dikenal luas para eksekutif bisnis. Menurut konsep itu, brand yang kuat menimbulkan kepercayaan, membuat nasabah bersedia membayar lebih, dan kalau melakukan kesalahan, konsumen cenderung ’’memaafkannya’’.
DUA peristiwa besar memorak-porandakan Citibank. Nasabah kartu kreditnya tewas di tangan debt collector dan seorang karyawannya diduga ’’menilap’’
BERITA TERKAIT
- Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, Muntahkan Abu Vulkanik Setinggi 1 Kilometer
- AKSARA Research: Pengangguran Jadi Masalah Serius di Kota Pekanbaru
- Padamkan Kebakaran Kapal di Penjaringan, Gulkarmat Turunkan 12 Branwir & 60 Personel
- Bule Australia Penganiaya Sopir Taksi Dideportasi dari Bali
- PT GPU Sebut Mabes Polri Tangkap 2 Orang Diduga Preman Sewaan yang Mengganggu Perusahaan
- Halalbihalal Peradi SAI, Juniver Girsang Ajak Advokat Bersatu