Curhatan Ade Armando Ditolak jadi Guru Besar UI

Curhatan Ade Armando Ditolak jadi Guru Besar UI
Ade Armando. Foto: Jateng Pos

"Seperti saya katakan, itu semua bisa diprediksi. Seperti saya juga sudah nyatakan di berbagai kesempatan lain, gerakan Islamis Tarbiyah sudah sangat menguat di UI, termasuk menduduki banyak posisi Guru Besar.  Mereka akan mempersulit karier mereka yang berani melawan gerakan tersebut. Saya duga, saya adalah korban politik Islamis Tarbiyah ini," katanya.

Ade juga menyatakan, penolakan terhadap dirinya sudah dimulai sejak awal, ketika namanya diajukan menjadi guru besar di tingkat FISIP pada 2016 lalu.

"Saat itu, seorang profesor yang dikenal rasis, mempertanyakan kelayakan saya diajukan departemen komunikasi untuk menjadi professor di UI. Profesor rasis anti-Tionghoa ini menganggap tulisan-tulisan saya di medsos selama ini tidak etis (walau sejujurnya, postingan dia di Facebook jelas-jelas menunjukkan kebencian dia terhadap ras Tionghoa dan pemerintahan Jokowi). Sikapnya ini kemudian didukung oleh seorang profesor perempuan yang memiliki orientasi politik kurang lebih serupa," tulis Ade.

Namun menurut Ade, penegakannya gagal,  karena mayoritas Guru Besar di FISIP dan pimpinan FISIP adalah kaum pluralis. Hanya saja upaya sabotase itu terus berlanjut di tingkat UI.

BACA JUGA: Novel Ungkap Postingan Ade Armando Hina Habib Rizieq

Proses pencalonan Ade terus dihambat selama tiga tahun. Dirinya sampai diundang dua kali ke DGB untuk memberikan penjelasan. Bahkan diminta menandatangani pakta integritas.

"Berarti saya satu-satunya orang dalam sejarah UI yang harus menandatangani pakta Integritas untuk menjadi guru besar. Hasil review tentang kelayakan saya menjadi guru besar dari dua guru besar senior yang terpandang di departemen komunikasi  diminta untuk diulang. Tulisan-tulisan saya dipertanyakan otentisitasnya, karena dianggap mengandung banyak unsur kesamaan dengan tulisan-tulisan lain," ucapnya.

Padahal saat dicek ulang, kesimpulan mengenai tingginya indeks kesamaan tulisan-tulisan Ade, sama sekali tidak dapat diandalkan. Misalnya, kesamaan terjadi karena tulisannya diterbitkan ulang oleh media lain.

Ade menduga penolakan terhadap dirinya sudah dimulai sejak awal, ketika namanya diajukan menjadi guru besar di tingkat FISIP pada 2016 lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News