Cyber Army

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Cyber Army
Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Perang siber tidak pernah mereda. Dua kelompok itu sama-sama tidak bisa move on dari kekalahan yang dialami. Pertandingan lanjutan akan berlangung rubber set pada pilpres 2024 mendatang.

Dua kekuatan tentara siber ini sudah melakukan pemanasan sepanjang tahun dan sudah sama-sama siap maju dalam palagan besar pada 2024.

Anies Baswedan punya potensi besar untuk maju ke palagan besar itu. Genderang perang sudah ditabuh meskipun perang masih tiga tahun lagi. Pembela Anies dan pembenci Anies sudah terlibat dalam banyak pertempuran siber setiap hari.

Isu pembentukan tim siber oleh MUI DKI itu makin memanaskan persaingan antara kedua kubu. Perang siber pada 2024 diperkirakan akan lebih besar dibanding dua perang sebelumnya. Isu perang digital akan menjadi masalah krusial dalam perhelatan demokrasi 2024.

Penggunaan teknologi internet dan platform media sosial sekarang ini bisa menimbulkan masalah serius bagi tatanan demokrasi sebuah negara bila salah dalam penggunaannya. Namun, di sisi lain, media sosial juga bisa memiliki dampak positif jika digunakan secara produktif.

Perang siber, atau dalam terminologi teknologi komunikasi disebut sebagai ‘’propaganda komputasional’’, telah menjadi sebuah fenomena global. Propaganda yang membenarkan muslihat, manipulasi, dan penyebaran kebencian itu telah terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Penggunaan internet yang sudah meluas di kalangan masyarakat Indonesia akan membuat tarung propaganda itu makin masif. Semua sisi kehidupan masyarakat Indonesia sekarang sudah dimasuki oleh teknologi informasi dan menghasilkan fenomena ‘’the internet of things’’.

Internet sudah menjadi hajat hidup yang meliputi semua kebutuhan masyarakat.

Cyber army sudah menjadi bagian dari lanskap politik yang tidak terpisahkan dalam dinamika politik Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News