Dari Telenovela, Musik sampai Sepak Bola

Dari Telenovela, Musik sampai Sepak Bola
Staf Pengajar Lembaga Budaya Pusat Bahasa Universitas trisakti Jakarta, Robert Bala (kaus biru) bersama tiga muridnya (Shati, Leya, dan Iqbal). FOTO: Mesya Mohamad/JPNN.com

“‎Sebagai karyawan, sudah keharusan meningkatkan kemampuan berbahasa. Karena perusahaan ekspansi ke wilayah Amerika Latin, saya harus bisa berbahasa Spanyol," ujarnya riang.

Shanti mengaku sangat konsen dengan Bahasa Spanyol karena struktur bahasanya yang sistematis. Selain itu Shanti ternyata pecinta berat telenovela dan musik-musik Amerika Latin.

“Bintang-bintang itu keren-keren, rugi kalau suka telenovela dan musiknya tapi tidak bisa berbahasa Spanyol," tuturnya.

Meski untuk mencapai tingkat mahir butuh waktu panjang, Shanti mengaku serius mempelajarinya. Dia bertekad mencapai level advance (tingkat mahir) agar bisa menggunakan kemampuannya itu saat ditugaskan ke Amerika Latin.

Lain lagi dengan‎ Teuku Muhammad Iqbal Alfajri. Mahasiswa kelahiran Aceh, 19 Desember 1992, senang dengan budaya dan bahasa Spanyol serta Amerika Latin karena hobi sepak bola.

Pada 2008 silam, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf membuat program pesepakbola berprestasi yang umurnya 15 tahun dikirim ke Paraguay untuk belajar sepakbola. Saat itu Iqbal bersama 29 rekannya terpilih dan dikirim ke Paraguay.

Awalnya, Iqbal merasa kesulitan karena tidak menguasai budaya dan bahasa Spanyol. Beruntung Iqbal bersama rekan-rekannya disekolahkan di sekolah khusus dan bisa belajar bahasa Spanyol. 

“Karena kondisi yang mengharuskan kami harus bisa berbahasa Spanyol, saya dalam tempo enam bulan sudah lancar berbahasa Spanyol. Setelah saya pelajari, bahasa Spanyol ternyata mudah untuk dipahami," tuturnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News