Driver Gojek Mengaku Pendapatannya Merosot

Driver Gojek Mengaku Pendapatannya Merosot
Pipit Rahayu, 43, driver GoJek, di sela aksi unjuk rasa di kawasan Alun-Alun Utara Jogjakarta, Jumat (8/3). Foto: GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA

jpnn.com, JOGJA - Mitra Gojek yang tergabung dalam Paguyuban Gojek Driver Jogjakarta (Pagodja) kembali menggelar unjuk rasa, Jumat (8/3).

Mereka memprotes pencabutan subsidi yang berimbas pada penurunan pendapatan para driver. Itu terkait dengan layanan Go-Ride jarak pendek yang berlaku sejak Senin (4/3).

Sekjen Pagodja Wibi Asmara menyatakan, pencabutan subsidi berdampak penurunan pendapatan driver Gojek hingga 40 persen.

Wibi mengilustrasikan, tarif lama untuk jarak pendek (kurang dari 2,5 km) Rp 8 ribu. Pelanggan kala itu hanya dikenai tarif Rp 4 ribu. Namun driver Gojek masih mendapat penghasilan tambahan berupa subsidi Rp 4 ribu. Dengan kebijakan baru, pendapatan driver hanya Rp 4 ribu dari pelanggan.

“Intinya penghasilan kami merosot,” sesalnya di sela unjuk rasa di Kantor Gojek Indonesia Perwakilan Jogjakarta.

BACA JUGA: Rugikan Konsumen dan Mitra, Perang Tarif Ojol Harus Dihentikan

Menurut Wibi, kebijakan baru itu membuat driver Gojek tekor. Itu berkaitan dengan kondisi lalu lintas di Jogjakarta yang relatif macet. Akibatnya, jarak tempuh yang pendek membutuhkan waktu cukup lama. Sehingga order yang diterima driver pun tak bisa maksimal.

Kondisi itu yang menurut Wibi membuat pendapatan driver Gojek kian terpuruk. “Jelas tekor. Apalagi kalau jemput penumpangnya jauh, bisa 2 km. Masih tambah jarak antarnya ke tujuan,” jelasnya.

Para mitra Gojek terus menentang kebijakan perusahaan yang mencabut subsudi yang berdampak pada penurunan pendapatan para driver.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News