Durban Tak Sesemarak Joburg

Durban Tak Sesemarak Joburg
KURANG - Geliat menyambut perhelatan Piala Dunia 2010 di Durban, terasa tak sesemarak di Sandton, Johannesburg. Foto: Dani Nur Subagyo/Jawa Pos.
Di Sandton City, juga sering sekali terdengar tiupan vuvuzela - terompet khas Afsel. Sementara selama dua jam di Gateway, tak ada sekali pun terdengar bunyi vuvuzela.

Kondisi di jalan-jalan juga tak sesemarak di Sandton. Jika di kota baru di Johannesburg (Joburg) itu hampir semua kendaraan yang melintas memasang bendera Afsel, di kanan atau kiri kaca mobil, atau sebagai pembungkus kaca spion, di Durban jarang sekali ditemui hal seperti itu.

"Memang berbeda, di Durban dengan Joburg. Fanatisme sepak bola lebih terasa di Joburg," kata Brandon Smith, warga Johannesburg yang ditemui Jawa Pos di Gateway bersama isteri dan empat anaknya. Dia mengatakan, sedang ada tugas di Durban dan mengajak seluruh keluarganya.

"Lihat anak saya. Mereka semua pakai kaus Bafana Bafana. Saya kira, di sini akan banyak yang (pakai kaus) seperti itu. Ternyata, hanya anak saya yang pakai kaus Bafana Bafana," kata pria kulit putih yang lahir dan tumbuh di Joburg itu, sambil tersenyum. Tiga anaknya memang mengenakan kaus Bafana Bafana. Mereka masing-masing bernama Daniel (9), Ricki (6) dan Ashy (1,5 tahun).

DURBAN - Geliat menyambut perhelatan Piala Dunia (PD) 2010 di Durban, tak sesemarak di Sandton, Johannesburg. Setidaknya, itu dilihat dari dua jenis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News