Edi Temukan Ayah dan Adiknya Berpelukan, tak Bernyawa

Edi Temukan Ayah dan Adiknya Berpelukan, tak Bernyawa
Edi Setiawan di Mpanau, Sigi. Foto: EDI SUSILO/JAWA POS

Edi menitipkan keluarganya bersama orang-orang yang mulai panik ke luar rumah. ”Pokoknya, saya minta istri untuk ikut warga dulu,” tuturnya.

Edi kemudiam tancap gas menuju rumah orang tuanya di Mpanau. Desa itu berbatasan dengan Petobo, kampung yang berada di bagian selatan Palu, ibu kota Sulawesi Tengah.

Saat sampai ke desanya, dia sangat kaget. Sebab, kondisinya telah hancur dilumat lumpur.

Tanah bergerak naik turun. Melumat dinding semen rumah. Sangat aneh. Dampak dari likuifaksi itu juga terjadi di Petobo.

Edi pun langsung mengajak warga desa yang selamat mencari keluarga atau tetangga yang hilang. Mantan karyawan honorer Pemprov Sulawesi Tengah itu pun berinisiatif membuat lokasi penyisiran berdasar area.

Jika sudah menemukan korban, warga yang mencari bisa menyampaikan ke semua yang bergerak. Untuk membantu mengangkat korban. Tapi, jika saat ditemukan lokasinya sulit, diminta memasang penanda di atas area penemuan. Berupa patok kayu dengan bendera putih.

Hasilnya, sehari setelah gempa, dia berhasil mengevakuasi delapan jenazah. Sementara hari berikutnya berhasil mengangkat empat orang. Di hari ketiga dua orang. ”Ayah dan adik saya ditemukan hari kedua,” jelasnya.

Dia bekerja siang-malam. Di Mpnau dan Petobo, Edi mengaku sudah mengangkut total 14 korban meninggal. Yang terjebak di rumah dan genangan lumpur.

Edi Setiawan merupakan korban gempa dan tsunami di Kota Palu, namun berkomiten terus mencari korban, mengavekuasi mayat-mayat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News