Emma Raducanu Memejamkan Mata, Lalu Memeluk dengan Begitu Hangat

Emma Raducanu Memejamkan Mata, Lalu Memeluk dengan Begitu Hangat
Emma Raducanu. Foto: Darren Carroll/USTA

"Saya tahu saya harus menggali lebih dalam," kata Emma seperti dikutip dari AFP.

"Itu adalah pertandingan yang sangat sulit, levelnya sangat tinggi. Saya harus memainkan permainan tenis terbaik saya," imbuhnya.

Keberhasilan tersebut merupakan pencapaian luar biasa bagi remaja peringkat 150 itu, yang tidak kehilangan satu set pun dalam tiga pertandingan kualifikasi dan tujuh pertandingan di babak utama selama dua pekan di lapangan keras New York.

Emma menjadi orang pertama Inggris yang mengeklaim mahkota US Open sejak Virginia Wade pada 1968 -- Wade juga menjadi perempuan Inggris terakhir yang mengambil gelar tunggal Grand Slam pada 1977 di Wimbledon.

Ratu Elizabeth II termasuk orang pertama yang memberikan penghormatan atas kemenangan luar biasa Emma Raducanu.

"Itu adalah pencapaian luar biasa di usia yang begitu muda, dan merupakan bukti kerja keras dan dedikasi Anda," kata pemimpin kerajaan Inggris itu dalam sebuah pernyataan.

Sang runner-up Leylah Fernandez yang berusia 19 tahun pada Senin (6/9) lalu, telah menyingkirkan juara bertahan Naomi Osaka, peringkat kedua Aryna Sabalenka, unggulan kelima Elina Svitolina dan pemenang tiga kali grand slam Angelique Kerber dalam perjalanannya ke final.

"Saya sangat bangga dengan diri saya sendiri dengan cara saya bermain selama dua pekan terakhir," kata Leylah.

Ratu Elizabeth II termasuk orang pertama yang memberikan penghormatan kepada Emma Raducanu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News