Enam Bulan Terparah bagi Koran AS

Enam Bulan Terparah bagi Koran AS
TERPURUK - Beberapa suratkabar AS yang rata-rata kini dilaporkan semakin terpuruk dalam hal angka penjualan. Foto: AFP/Getty Images/Scott Olson.
SAN FRANCISCO - Sudah cukup lama menjadi sorotan sekaligus kekhawatiran memang, tapi ini agaknya data terakhir yang memperkuat kesimpulan kian melemahnya industri suratkabar belakangan. Setidaknya, demikian yang terjadi di AS - yang bisa saja tak sejalan dengan fenomena di kawasan bumi lain - dengan angka sirkulasi rata-rata suratkabar di negeri itu disebut-sebut jauh menurun dalam enam bulan terakhir. Salah satu penyebabnya diduga adalah kenaikan tarif yang sekaligus mendorong berkurangnya pemasukan iklan.

Dalam data yang diambil dari Biro Audit Sirkulasi (Suratkabar) AS itu, sebagaimana diberitakan AP, Senin (26/10) sore waktu setempat atau Selasa (27/10) pagi WIB, penurunan tersebut tercatat dialami oleh 379 suratkabar AS (yang terdata). Angka rata-rata sirkulasi koran-koran tersebut dilaporkan telah berkurang hingga 10,6 persen sepanjang April hingga September 2009, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Angka tersebut memang tercatat lebih dari dua kali lipat parahnya ketimbang penurunan pada April-September 2008 yang mencatatkan kemunduran 4,6 persen. Angka penurunan kali ini, juga disebutkan masih lebih parah daripada penurunan sirkulasi sebesar 7,1 persen pada periode Oktober 2008 sampai Maret 2009.

Penurunan ini bahkan dinyatakan sebagai yang terparah sepanjang kemunduran teratur pemasaran suratkabar AS dalam dasawarsa terakhir. Seperti diketahui pula, dekade terakhir sudah dimaklumi sebagai era melejitnya keberadaan sumber-sumber berita online yang notabene tak membutuhkan biaya untuk diakses, alias tersedia gratis. Lantaran itu pula, banyak suratkabar disebutkan telah coba mengatasi masalahnya dengan mengurangi pengiriman ke daerah-daerah terpencil, serta menaikkan harga demi mendongkrak hasil penjualan mereka.

SAN FRANCISCO - Sudah cukup lama menjadi sorotan sekaligus kekhawatiran memang, tapi ini agaknya data terakhir yang memperkuat kesimpulan kian melemahnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News