Erni Ingin Duduk di Depan Makam Amrozi Sambil Membawa Bunga

Erni Ingin Duduk di Depan Makam Amrozi Sambil Membawa Bunga
Ali Fauzi memberikan pendapatnya pada acara silaturahmi kebangsaan mantan Napi terorisme dengan korban terorisme di Jakarta, Rabu (28/2/19). FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Proses yang tak kalah lamanya juga harus dijalani Agus Suaersih yang menjadi korban ledakan bom di Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003.

Dia menjadi waiter di salah satu kafe di hotel saat pengeboman yang menewaskan 12 orang itu terjadi.

"Saya luka di pipi kanan, hidung, kepala atas, dan pecahan kaca hampir di seluruh badan dari tangan sampai kaki," kata Suaersih yang ditemui di sela silaturahmi korban dan mantan napi terorisme yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta Senin lalu (26/2).

Bahkan, ibu satu anak tersebut juga mengalami gegar otak. Dibutuhkan 2,5 tahun untuk memulihkan kondisi.

"Untung, saya dapat bantuan pengobatan dari Marriott. Ada asuransi perusahaan yang meng-cover," ungkap perempuan 40 tahun itu.

Seiring berjalannya waktu, Suaersih pun mulai bisa berdamai dengan masa lalu. Buntutnya, marah dan dendam kepada pelaku memudar. Yang ada justru maaf.

Tentu ada campur tangan pihak ketiga dalam proses rekonsiliasi tersebut. Dalam kasus Erni, semua berawal dari pertemuannya dengan Hasibullah Satrawi.

Dari sana dia bertemu dengan para korban aksi terorisme lainnya. Mereka saling berbagi cerita dan menguatkan.

Akibat aksi pengeboman yang dilakukan Amrozi dkk di Sari Club pada 12 Oktober 2002 itu, Erni kehilangan suami yang bekerja di kelab tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News