Grand Heaven

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Grand Heaven
Poster berisi peringatan bagi pengantar jenazah korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Timur. Foto; arsip JPNN.com

Ada jarak antara yang suci dan yang kotor. Si jenazah dimandikan dan didandani dengan indah dan diposisikan sebagai yang suci. Para keluarga juga didandani supaya tampak rapi menunggui si jenazah yang suci. Para pemulasara jenazah--yang bertugas memakamkan maupun yang melakukan kremasi--adalah ‘’yang kotor’’ yang melaksanakan pekerjaan kasar dan kotor. Ada jarak yang jelas antara yang suci dan yang kotor.

Yang tampak di panggung depan adalah suasana solemn, khidmat penuh keagungan, untuk mengantarkan si suci ke kediamannya yang lain. Panggung depan adalah panggung pertunjukan. Semua berjalan sesuai skenario yang sudah ditetapkan. Masing-masing memainkan peran yang sudah didapukkan.

Panggung belakang, tempat untuk melakukan persiapan dan latihan. Para pekerja mempersiapkan dirinya sebagai bagian dari drama dengan latihan yang cermat dan teliti. Persiapan pekerjaan kotor dilakukan tersembunyi dan terpisah dari panggung depan.

Dalam rangkaian dramaturgi ini rumah pemakaman menjadi sebuah panggung teater. Suasana hati dibangun dengan cermat. Kesedihan ditampilkan secara terukur, sehingga tetap bisa menunjukkan sikap keluarga yang terhormat meskipun harus kehilangan salah satu anggotanya.

Retorika di panggung depan dibangun sebagai bagian dari pengingkaran terhadap kematian. Meski sudah lama dikuburkan, anggota keluarga bisa berziarah kapan saja ke kuburan, dan tetap mendapatkan layanan VVIP (very very important person).

Ada lounge, ada restoran mewah dengan menu western, ada kamar mewah untuk beristirahat.

Kematian bukan titik akhir dari gaya hidup. Kematian tetap menjadi bagian dari life style yang paradoksal. Kematian, seharusnya bukan gaya hidup, tetapi gaya mati. Bukan life style tapi dead style. Hidup dengan mewah, matipun tetap dengan mewah.

Kapitalisme liberal sukses mengemas kematian sebagai barang dagangan yang bisa menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.

Hotel jenazah ini satu-satunya yang ada di Surabaya. Di seluruh Indonesia ada dua, satunya di Jakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News