Harapan setelah 'Pesta Pora Demokrasi'

Oleh: A. Mustofa Bisri*

Harapan setelah 'Pesta Pora Demokrasi'
Harapan setelah 'Pesta Pora Demokrasi'

Yang lebih memprihatinkan lagi, sikap tatharruf dan berlebihan itu tidak berhenti setelah semua pihak mencoblos pilihannya. Euforia itu masih terus berlanjut. Kampanye hitam masih terus dilancarkan, seolah-olah kita bukan saudara sebangsa yang sedang memilih pemimpin bangsa yang satu, tapi sedang berjihad melawan musuh. Nauzubillah.

Semoga setelah pengumuman KPU 22 Juli nanti semua sudah kembali dapat berpikir jernih dan menyadari bahwa –setelah usaha dan perjuangan kita memenangkan calon kita– pada akhirnya Tuhan, Allah Yang Maha Esa, jua yang menentukan (QS 3 : 26). Sehingga apa pun keputusan KPU nanti, semuanya bisa menerima dengan lapang dada dan jiwa kesatria.

Untuk itu dan untuk kepentingan kita bersama, para petinggi dan sesepuh bangsa, termasuk para capres-cawapres sendiri, kiranya dapat mengondisikan hal tersebut. Terutama para kiai yang diharapkan sudah dapat menghilangkan ’ashabiyah sementara mereka dan kembali ke watak dasar mereka: menyayangi umat dan berkhidmat untuk Indonesia. Dengan mengupayakan kembalinya ukhuwah dan persaudaraan di antara anak bangsa serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan memberikan hidayah kepada kita semua serta senantiasa menjaga Indonesia kita, amin.


*) Budayawan, Rais Am Syuriah PB NU

 


Berita Selanjutnya:
Celaka 13!

SEJAK reformasi, kita sudah mengalami beberapa kali pemilihan umum (pemilu). Mulai pemilu kepala daerah (pilkada), pemilu legislatif (pileg), hingga


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News