Hedonisme dan Korupsi
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Senin, 27 Maret 2023 – 20:21 WIB

Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com
jpnn.com - Setiap orang boleh saja menikmati hidup dengan membeli barang-barang mewah.
Secara naluriah manusia ingin menikmati hidup dan menghindari kesulitan dan penderitaan dalam hidup.
Persoalan akan muncul ketika seseorang bergaya hidup mewah melalui caya yang dianggap tidak wajar.
Gaya hidup mewah atau hedonisme sekarang menjadi labeling yang negatif, terutama karena mereka bergaya hedonisme hidup dari gaji pemerintah.
Ketika para selebritas bergaya hidup mewah dengan pamer kekayaan yang berlebihan, mereka disebut sebagai ‘’sultan’’.
Akan tetapi, ketika pegawai pemerintah pamer gaya hidup mewah, mereka disebut sebagai hedonis.
Para sultan dipuja-puja.
Terbukti dari jumlah follower mereka yang belasan juta.
Para netizen marah terhadap pamer kekayaan para pegawai pemerintah itu, dan mereka melakukan witch hunt, perburuan para tukang tenung.
BERITA TERKAIT
- Korupsi BTS Kominfo, Begini Pernyataan Terbaru Kejagung
- Ganjar Ingin PAPDESI Kawal Revisi UU Desa
- Sahat Tua Simanjuntak Divonis 9 Tahun Penjara, Wajib Bayar Uang Pengganti Rp 39,5 M
- Sidang Korupsi BTS: Uang Rp 40 Miliar untuk BPK Diserahkan di Parkiran, Hakim: Ya Allah
- Terungkap di Persidangan Nama-nama Pemegang Saham Perusahaan Milik Rafael Alun, Oalah
- Kejari Bengkulu Tetapkan Tersangka Baru Kasus Dugaan Korupsi Dana Samisake 2023