Honorer K2, Kotak Obat PPPK, dan Harapan pada Prabowo - Sandiaga

Honorer K2, Kotak Obat PPPK, dan Harapan pada Prabowo - Sandiaga
Sebagian pengurus Forum Honorer K2 terang-terangan mendukung Prabowo - Sandi. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Honorer K2 unjuk rasa. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Dia dan 269.400 tenaga teknis lainnya harus jadi golongan teraniaya. Mengapa? Karena pada 2018, mereka tidak diakomodir dalam rekrutmen CPNS dari jalur khusus honorer K2.

Dan, kini dalam rekrutmen PPPK mereka ditinggalkan lagi. Pemerintah beralasan hanya tenaga pendidik, kesehatan, dan penyuluh yang dibutuhkan. Sementara tenaga teknis lainnya sudah bejibun jumlahnya.

Benarkah? Menurut Bhimma, hampir seluruh sekolah negeri di Jawa Barat, tenaga operatornya adalah honorer. Operator sekolah perannya sangat krusial. Merekalah yang melaporkan seluruh data pokok pendidikan (dapodik) ke Kemendikbud.

"Jadi bukan hanya guru yang kurang di sekolah. Operator sekolah juga kurang karena kami-kami ini yang mengisinya," ujar Bhimma, operator salah satu SD negeri di Jabar.

BACA JUGA: Pentolan Honorer K2: Ayo Gugat UU ASN dan Turunannya

Syarif Feriansyah, koordinator honorer K2 Kalimantan Barat juga punya keluhan sama. PPPK tidak menyelesaikan masalah karena ada sebagian besar honorer K2 yang ditinggalkan.

Dari 438.590 honorer K2, 269.400 adalah tenaga teknis. Tenaga teknis ini bermacam-macam, ada operator, petugas damkar, Satpol PP, administrasi, penjaga sekolah, dan lain-lain.

Para honorer K2 memopulerkan istilah Kota Obat PPPK, sebagai kritikan pedas pada kebijakan pemerintah terkait pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News