Hyde Park

Oleh Dahlan Iskan

Hyde Park
Dahlan Iskan di Hyde Park, London. Foto: disway.id

Yang berpidato ternyata tidak hanya satu. Saya hitung: sembilan orang. Ada yang berdiri di atas kursi. Ada pula yang sengaja membawa pijakan kaki.

Tidak ada yang memakai pengeras suara. Dilarang.

Saya pun mendekati orang yang berpidato itu. Pindah-pindah. Saya ingin tahu apa saja yang dipidatokan.

Yang memakai topi cowboy itu ternyata pendeta. Ia ceramah agama. Yang mendengarkan lima orang. Datang pergi.

Di sebelahnya ada yang berpidato tentang politik. Tidak setuju Brexit. Sesekali ada yang mencoba mendebat, tetapi ia terus berpidato.

Ada juga yang berpidato tentang supremasi laki-laki. Yang mendengarkan 6 orang. Empat di antaranya wanita muda.

Di sebelahnya lagi orang berpidato tentang evolusi. Ia menentang teori Darwin.

Ups, di sebelah sana ada yang pakai jubah Arab. Warna cokelat. Lengkap dengan igal penutup kepala. Saya pikir ia juru dakwah Islam.

Saya ke Hyde Park hari Minggu siang lalu. Itulah mimbar demokrasi tertua di dunia. Sejak 1863. Orang boleh ngomong apa saja. Tidak perlu khawatir ditangkap penguasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News