Indonesia Masih Butuh 8,5 Juta Rumah

Indonesia Masih Butuh 8,5 Juta Rumah
Indonesia Masih Butuh 8,5 Juta Rumah
BANDUNG - Meski harga rumah terus naik dan lahan semakin sempit namun diperkirakan pasar perumahan di Indonesia masih akan mengalami peningkatan. Hal itu terutama didorong oleh karena faktor kebutuhan perumahan yang masih defisit (backlog) 8,5 juta unit.

"Setiap tahun terdapat tambahan kebutuhan rumah baru sekitar 800 ribu unit karena adanya pertambahan penduduk," ujar Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero), Iqbal Latanro dalam acara gathering akhir pekan lalu. Pasalnya, saat ini masih banyak pengantin baru yang tinggal di rumah mertua atau memilih tinggal di rumah kontrakan.

Di sisi lain, suplai perumahan yang dibangun pengembang maupun secara pribadi oleh masyarakat (swadaya) masih sangat kecil. Pertahun rata-rata hanya terbangun 400 ribu unit rumah. Dengan demikian terjadi ketidak seimbangan antara demand dan supply. "Setiap tahun rata-rata terjadi penambahan backlog (deficit) sebesar 400 ribu unit rumah," kata dia.

Oleh karena itu, sebagai bank yang fokus dalam pembiayaan perumahan, BTN optimis pangsa pasar pembiayaan yang bisa diraih terus meningkat setiap tahun. Apalagi kontribusi pembiayaan perumahan (mortgage loans) terhadap GDP (gross domestic bruto) di Indonesia hanya sekitar dua persen saja. "Kita targetkan pembiayaan tahun ini meningkat 25-30 persen," tuturnya.

BANDUNG - Meski harga rumah terus naik dan lahan semakin sempit namun diperkirakan pasar perumahan di Indonesia masih akan mengalami peningkatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News