Ingin Menang, Jangan Sembarangan Bikin Slogan
Senin, 11 Juni 2012 – 00:40 WIB
Untuk slogan Syamsul itu, kekuatannya bukan pada kata "tidak", tapi pada kata "lapar", "bodoh", dan "sakit". "Karena menurut Hing, otak manusia cenderung tidak memproses kata "tidak".
"Buktinya, bila ada kalimat "tidak boleh merokok di sini", tetap saja orang pada merokok di dekat kalimat yang ditempel di situ. Tidak boleh kencing di sini, malah kencing di situ," ujar Hing, panggilan akrab pria kelahiran Maumere, Flores, 22 Desember 1972 itu, kepada JPNN di Jakarta, Sabtu (9/6).
NLP sendiri tergolong sebuah "ilmu" yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia. Lebih tepatnya, saat ini hanya sedikit publik Indonesia yang mengenalnya. Menurut Hing, orang yang sudah menguasai ilmu NLP akan memaknai sebuah kalimat dari kata per katanya.
"Bukan langsung memaknai satu kalimat itu. Sehingga, orang yang menguasai ilmu ini, dia akan pandai berdebat, dan tidak mudah dipengaruhi orang lain. Sebaliknya, dia pintar mempengaruhi orang lain," urai peraih gelar Master Trainer di bidangnya itu, pada 19 Maret 2012 di Orlando, USA. Hing merupakan orang pertama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara yang sudah sampai pada level kehormatan itu.
HAMPIR semua calon kepala daerah mengusung slogan tertentu saat kampanye. Kalimat slogan sering kali menggunakan susunan kata yang kaku, normatif,
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor