Ini Perbandingan Capaian Pangan saat El Nino 2015 vs 1997

Ini Perbandingan Capaian Pangan saat El Nino 2015 vs 1997
Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi di Jakarta. Foto: istimewa

Pertama pompanisasi besar besaran pada wilayah sungai sungai tersedia air.

“Bantuan 23 ribu unit pompa air sangat membantu petani dengan cepat memperoleh air untuk padinya, sehingga tidak ada cerita kekeringan. Makanya produksi padi tahun 2015 terjamin", ungkapnya

Kedua, membangun sumur dangkal 1.000 unit di NTT, juga di Grobogan dan daerah lainnya.

Ketiga, mendistribusikan benih unggul tahan kekeringan. Keempat, menggenjot tanam padi di sebelah utara garis katulistiwa yang tidak terkena El Nino dan di wilayah rawa lebak dan pasang surut potensial saat kering kena El Nino di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Selanjutnya Kelima, Kementan menjalin kerjasama intensif dengan KemenPUPR, hujan buatan dengan BNPB, TNI, dan berbagai pihak.

”Keberhasilan menghadapi musibah El Nino 2015 dimantapkan lagi pada program Upsus sehingga produksi padi 2016 naik menjadi 79,3 juta ton dan mengantarkan Indonesia swasembada beras. Bahkan pada 2017 melihat berita di media, itu sudah ekspor beras dari Merauke ke Papua Nugini pada Februari 2017 dan dari Entikong ke Malaysia tiga hari yang lalu," imbuhnya.

Kinerja produksi cabai dan bawang merah juga meningkat dan meraih swasembada pada 2016. Jagung swasembada dan tidak impor pada 2017.

"Kalau dihitung deltanya, nilai tambah dari peningkatan produksi pada 43 komoditas sejak 2014-2016 sangat tinggi Rp 288 triliun dan dicerminkan dari pertumbuhan PDB pertanian,” pungkas Gandhi.(adv/jpnn)


Dampak El Nino 1997 mengakibatkan sawah mengalami kekeringan 517 ribu hektar dengan puso 87 ribu hektar dari luas padi 11 juta hektar


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News