Insentif Hilir Sawit Digodok

Tarik Banyak Investor

Insentif Hilir Sawit Digodok
Insentif Hilir Sawit Digodok
Sementara itu, Soedjai Kartasasmita, komisaris utama dan komisaris independen PT Bakrie Sumatera Plantations mengingatkan para pelaku sawit agar mengantisipasi meningkatnya produksi CPO. Apalagi pada 2020 pemerintah mencanangkan produksi hingga 40 juta ton.  "Banjirnya produksi tersebut perlu diantisipasi dengan pengembangan industri hilir di dalam negeri yang sekarang terbatas pada 37 produk olahan saja," kata advisory dalam acara ini. 

M. Fadhil Hasan, direktur eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, industri hilir sawit tidak berkembang setidaknya karena ada tiga alasan. "Pertama, nilai tambah CPO jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produk turunan sawit lain, apalagi investasi di sektor hilir ini padat modal. Karena itu, pengusaha industri sawit meminta pemerintah memberikan insentif untuk mendorong pertumbuhan industri hilir yang dinilai cenderung kurang berkembang," jelasnya.

Kedua, lanjut Fadhil, ketersediaan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan jembatan yang minim. "Dan terakhir, riset dan pengembangan yang minim dilakukan karena cenderung dianggap sebagai beban," ujarnya.

Sedangkan, Donald Siahaan, peneliti senior Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mengatakan, harga CPO di pasar ekspor sejak Oktober lalu menembus angka USD1.000 per ton. Harga ini merupakan angka tertinggi yang terjadi pada 2010 dan diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun ini. "Tingginya harga CPO ini dipicu terjadinya musim dingin di bagian utara khatulistiwa yang akan menipiskan stok minyak nabati subtropis dan harga minyak bumi yang akan tetap tinggi. Dua alasan inilah yang memicu harga CPO terkerek naik," ungkapnya. (aro)

JAKARTA -- Untuk mendorong industri turunan minyak sawit agar bisa lebih banyak menarik investor, pemerintah terus menggodok sejumlah insentif. Namun


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News