'Jangan Berharap Bertemu Badak di Ujung Kulon'

'Jangan Berharap Bertemu Badak di Ujung Kulon'
MENIKMATI HIJAU: Bergaya di Pulau Handeleum. (Septinda Ayu Pramitasari/Jawa Pos)

Kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk merebahkan badan sebentar, mengisi baterai gadget, dan cuci muka. Yup, sebentar lagi saya akan menghabiskan waktu menjelajah pulau dan tidak ada kesempatan untuk dandan-dandan cantik lagi.

Itinerary pertama adalah Pulau Peucang. Yup, pulau yang sangat terkenal dengan pasir putih dan terumbu karangnya itu akhirnya akan saya kunjungi. Butuh sekitar tiga jam menuju Pulau Peucang. Cuaca terik pun mulai menyengat kulit. Kacamata hitam dan sunblock sangat berguna untuk melindungi saya dari sengatan sinar matahari. Selama perjalanan menuju Pulau Peucang, jika beruntung, Anda bisa melihat hiu. Seperti teman saya Roy dari Jakarta.

Sebelum menuju Pulau Peucang, kami sempatkan untuk snorkeling. Sewa alat snorkeling sekitar Rp 50 ribu untuk dua hari. Snorkeling pertama kami gagal. Sebab, teman-teman saya yang lebih dahulu nyebur merasa kulitnya gatal-gatal karena terkena ubur-ubur kecil dan berwarna bening.

Setelah pindah lokasi di dekat Pulau Peucang, mata saya pun kembali segar. Lautnya berwarna kehijauan. Terumbu karang terlihat indah. Hasrat saya untuk segera menceburkan diri ke laut semakin besar. Byuuuurrr. Seketika rasa panas yang menyengat kulit langsung berganti dingin dan segar.

Menurut saya, titik snorkeling di Ujung Kulon belum memuaskan. Pilihan spot untuk snorkeling juga sangat terbatas. Yakni, Pulau Peucang dan Pulau Oar. Di Pulau Oar, Anda bisa nemu ”Nemo” (ikan badut), lho. Juga bintang laut. Terumbu karangnya juga bagus, tapi sangat tajam. Tapi, saat snorkeling dengan menggunakan kaki katak, sebaiknya berhati-hati karena bisa merusak terumbu karang.

Sudah puas dengan snorkeling, kapal yang saya tumpangi mendarat di Pulau Peucang. Di sana banyak penginapan. Harga homestay untuk satu kamar isi tiga orang sekitar Rp 700 ribu per malam. Kalau ingin murah lagi, ada bivak. Satu kamar bisa buat ramai-ramai. Pulau Peucang digemari banyak wisatawan karena berpasir putih dan memiliki air laut yang sangat jernih. Di sana saya juga bisa bermain-main dengan babi hutan yang sering muncul hingga bibir pantai. Hiii.

Puas bermain-main di pantai Pulau Peucang, saya langsung menjelajah ke Sabana Cidaon. Tempatnya cukup dekat dengan Pulau Peucang. Kurang lebih 15 menit dengan naik kapal. Di sana, saya disuguhi hamparan padang rumput nan luas. Mata saya pun jadi lebih sejuk. Di padang penggembalaan Cidaon dengan luas sekitar 4 hektare itu terdapat satwa-satwa liar. Yang terkenal adalah perkumpulan banteng, merak, dan kerbau. Mereka sering berkumpul di tengah padang rumput saat makan.

Saat itu sekitar pukul 14.30. Kata petugas yang menjaga, satwa-satwa liar tersebut sering muncul pada pukul 06.00 hingga 16.00. Tapi, saya kurang beruntung. Satwa-satwa itu bersembunyi di balik hutan. Ada banteng dan kerbau yang muncul, tapi jaraknya sangat jauh dari saya. ”Kalau mau lihat banteng, harus tracking di pinggir hutan. Tapi, harus hati-hati,” kata Hudan, mengarahkan.

PERJALANAN ke Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, adalah pertemuan kedua kami, para pencinta traveling, yang bersua dalam forum Backpacker

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News