Jaringan Bede Malaysia-Indonesia Terdeteksi

Jaringan Bede Malaysia-Indonesia Terdeteksi
Jaringan Bede Malaysia-Indonesia Terdeteksi

jpnn.com - JAKARTA - Hasrat besar pemerintah untuk memberantas peredaran narkotika menemui jalan panjang. Setelah ada temuan pengedar narkotika yang mengendalikan dari penjara, kini Badan Narkotika Nasional (BNN) kembali mendeteksi adanya pergerakan jaringan narkotika antar negara, Malaysia-Indonesia. Kebanyakan jaringan narkotika Malaysia menyelundupkan narkotika lewat daerah perbatasan.    

Ditemui setelah acara The Third ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters kemarin (3/12) Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar menjelaskan, selama ini sudah ada tujuh jaringan narkotika asal Malaysia yang terungkap. Tangkapan paling besar pada 2013, dengan sitaan sabu seberat 47 kg. "Namun, pengungkapan tujuh jaringan ini ternyata hanya sebagian kecil," terangnya.
     
BNN memastikan masih ada jaringan bede Malaysia-Indonesia. Soal berapa jumlah jaringan yang dideteksi, lembaga yang menjadi leading sector pemberantasan narkotika itu masih belum bisa menyebutkan. "Ada beberapa jaringan lagi yang sudah dikantongi. Tapi, saya tidak bisa menyebutnya, kalau disebut bisa kabur mereka semua itu," paparnya.
    
Tapi, yang pasti jaringan narkotika asal Malaysia itu yang paling banyak memasok narkotika ke Indonesia. Lalu, disusul Papua Nugini pada peringkat kedua dan Timor Leste pada peringkat ketiga. "Yang paling mengkhawatirkan memang pengedar dari negeri jiran tersebut," tuturnya.

Saat ditanya mengapa pemasok paling besar dari Malaysia, dia menuturkan bahwa jaringan dari Malaysia ini memang skalanya besar dan sangat profesional. Jauh berbeda dengan jaringan dari dua negara lain. "Untuk penyelundupan yang dilakukan memang melewati perbatasan, baik darat, laut dan udara," jelasnya.
    
Caranya, dengan meningkatkan komunikasi antara negara. Misalnya, dengan pemerintah Malaysia. Konkritnya, pada pengungkapan penyelundupan sabu seberat 47 kg, pemerintah Indonesia mendapatkan informasi dari Pemerintah Malaysia. 
       
Lalu, saat akan masuk ke Indonesia, BNN dan penegak hukum sudah mencegat di perbatasan. "Inilah yang membuat komunikasi antara negara begitu penting. Informasi sangat berharga," tegasnya ditemui di Hotel Pullman Jakarta. 
    
Selain itu, ada satu hal yang disadari dalam upaya pemberantasan narkotika di Indonesia. Selama ini BNN berupaya untuk memberantas supply atau peredaran narkotika, namun ternyata seperti kurang efektif. Karena itu upaya pemberantasannya perlu untuk dikombinasikan, tidak hanya memberantas supply, tapi juga menekan demand atau permintaan atas narkotika. 
 
"Kalau pasarnya tidak ada, siapa yang mau menjual narkotika. Pasti tidak laku. Menekan permintaan ini caranya rehabilitasi menyembuhkan pecandu dan mencegah bertambahnya jumlah pecandu," terangnya.

Sementara Deputi Hukum dan Kerjasama BNN Bali Moniaga menjelaskan, sat ini diketahui tingkat lalu lintas dan produksi narkotika ilegal terus meningkat. Kerugian yang terjadi di negara ASEAN mencapai 9 billlion dollar atau sekitar Rp 110 triliun. Kerugian itu berbagai fasilitas yang perlu dikeluarkan untuk menyembuhkan pengguna narkotika. "Indonesia sendiri merugi hingga Rp 50 triliun karena narkotika," ujarnya. (idr)


JAKARTA - Hasrat besar pemerintah untuk memberantas peredaran narkotika menemui jalan panjang. Setelah ada temuan pengedar narkotika yang mengendalikan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News