Jatimnomics, Pendekatan Kesejahteraan Tahan Krisis

Jatimnomics, Pendekatan Kesejahteraan Tahan Krisis
Mantan Wartawan, Magister Ilmu Ekonomi IPB, Jan Prince Permata, SP, M.Si. Foto: Dokpri for JPNN.com

Perubahan kurs mata uang akan menyebabkan perubahan dalam harga barang-barang yang diimpor baik barang konsumsi (barang jadi) maupun bakan baku input yang selanjutnya akan mempengaruhi harga yang diterima konsumen.

Penelitian Achsani dan Nababan (2008) menunjukkan bahwa efek perubahan kurs berdampak terbesar pada harga-harga sektor transportasi dan komunikasi serta hargana makanan, minuman dan rokok dimana lebih dari 35 persen perubahan IHK-nya diperngaruhi kurs.

Data Kementerian Perdagangan tahun 2013 menunjukkan bahwa komposisi impor Indonesia terdiri dari barang konsumsi sekitar 7 persen, 76 persen bahan baku penolong dan sisanya merupaka impor barang modal.

Tantangan-tantangan ekonomi di atas membutuhkan sebuah pendekatan politik pembangunan Indonesia yang tidak hanya dituntut mampu menjawab permasalahan domestik, tapi juga harus mampu mengatasi perubahan politik ekonomi global.

Jatimnomics sebagai Jalan Ekonomi Kesejahteraan

Di negara berkembang perhatian utama pembangunan ekonomi terfokus pada dilema antara pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan ekonomi mensyaratkan GNP yang lebih tinggi. Namun yang menjadi masalah adalah bukan hanya soal bagiamana caranya memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya. Dengan demikian pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan peningkatan GNP secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan distribusi pendapatan telah menyebar ke segenap penduduk/lapisan masyarakat, serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya (Todaro, 2000).

Di Indonesia, Jawa Timur merupakan wilayah yang tergolong sukses dalam memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus melakukan pemerataan pembangunan dengan baik. Kontribusi PDRB Jawa Timur terhadap PDB nasional merupakan kedua terbesar setelah Provinsi DKI Jakarta. Bahkan, sejak tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dan DKI Jakarta. Contohnya, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama triwulan I 2018 mencapai 5,5 persen, lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional 5,1 persen.

Pada 2017, besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur diatur atas dasar harga berlaku mencapai Rp 2.019,2 triliun. Naik Rp 164,16 triliun dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 1,855,04 triliun. Total PDB nasional tahun 2018 sebanyak Rp 13.588,8 trilun, Ini berarti kontribusi PDB Jatim terhadap nasional mencapai 14,61 persen.

Indonesia ke depan akan terus menghadapi berbagai permasalahan domestik dan tantangan global yang makin kompleks. Untuk itu perlu sebuah kontruksi ekonomi baru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News