Jejak - jejak Prajurit TNI di Tapal Batas, Demi Merah Putih

Jejak - jejak Prajurit TNI di Tapal Batas, Demi Merah Putih
Tim patroli Prajurit TNI dari Yonif Raider 613 Raja Alam menemukan patok payung di blank post area, Februari lalu. Ratusan patok di sana ditancapkan sejak 1977. Foto: SAIPUL ANWAR/KALTIM POST

Prestasi menonjol pos di bawah komando Taufan adalah patroli blank pos area. Memantau kembali patok-patok yang ditancapkan pada 1977. Sekitar 42 tahun silam.

Blank pos area ini adalah kawasan yang patok-patoknya tak ada yang bertanggung jawab secara rutin. Umumnya sulit terjangkau, jauh, memerlukan perbekalan dalam jumlah jumbo.

Tahun ini diutus tim untuk mengecek kembali kondisi patok-patok itu. Dipimpin Solo Atmanegara. Pria 27 tahun berpangkat letnan satu yang mengomandani Pos Long Midang. Misi khusus itu memerlukan waktu nyaris sebulan. Dari awal hingga akhir Februari 2019. Penyisiran dari Desa Papetung, di Krayan Timur, yang bisa ditempuh dengan mobil selama 1,5 jam dari Pos Long Midang.

Tim Solo beranggota tujuh prajurit. Plus satu sipil, warga kampung. Yang membantu memberi tanda untuk jalur pulang tercepat. “Anggota lain menjadi tim support. Mereka mengantarkan logistik ke tengah jalan pulang. Antisipasi kami kehabisan logistik,” ujar lulusan Akmil 2014 itu.

Tim ini menyapu bersih 371 patok di blank pos area yang medannya berbukit-bukit dan dikelilingi belantara lebat di tapal batas dengan Malaysia di wilayah Sabah. Patok pertama ditemukan setelah berjalan kaki tiga hari dari Desa Papetung. Rerata masih dalam kondisi bagus. Meski berselimut lumut, penandanya masih terlihat. “Warnanya sudah tidak jelas,” kata pria asal Malang itu. Ada beberapa patok yang bergeser. Tak jauh. Lantaran longsor. Ada juga yang miring.

Selain aktivitas sweeping barang ilegal, patroli, mengecek pelintas batas, para prajurit juga ada yang membantu menjadi tenaga pendidik di sekolah dekat pos. “Bantu nanam dan panen padi juga,” ujar Solo.

Pos Long Midang bertanggung jawab terhadap 416 patok. Patroli dilakukan berkala. Memakan waktu 15 hari berjalan kaki. Dengan sepuluh anggota. Anggota pos ini pernah mengungkap peredaran narkoba. Tak banyak, gram-graman. Dibawa sopir angkutan barang dari Malaysia. Dikonsumsi sendiri sebagai penangkal lelah, katanya. “Disembunyikan di kaleng minuman ringan, kalengnya dikepruk, dibuang kayak sampah,” ujar pria lajang tersebut.

Berada di perbatasan, Pos Long Midang mudah dijangkau. Jalannya lebar, dan sedang ditingkatkan. Segala macam keperluan juga tak begitu sulit terpenuhi. Seperti penerangan yang bisa menggunakan panel tenaga surya. Sementara air ditampung dari gunung dan dialirkan ke pos melalui pipa kecil. Sinyal telekomunikasi pun lumayan. Kadang bisa untuk sambungan telepon dan berkirim pesan.

Patroli prajurit TNI pernah menemukan pergeseran patok, dua hingga tiga meter dari koordinat yang ditandai. Namun, disebut karena kondisi alam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News