Jejak Pertempuran Dua Korea Masih Tampak

Jejak Pertempuran Dua Korea Masih Tampak
Tentara Korsel mengawasi wilayah Korut dari Pos Observasi Dora. Foto: DOAN WIDHIANDONO/JAWA POS

Bush, mantan presiden AS itu, berharap jalur kereta itu membuat seluruh Korea menikmati kemajuan. Dia ingin semenanjung tersebut diikat oleh kerja sama dan perdagangan, bukannya dipisahkan kawat berduri dan rasa takut.

Kawat berduri itu juga dimainkan sebagai seni instalasi di dalam stasiun. Di situ ada sebentuk grand piano hitam yang ruang resonansinya dibiarkan terbuka.

Tampak bahwa dawai-dawai piano itu sudah dimodifikasi. Senarnya diganti kawat berduri.

Dalam prasasti piano bernama Piano of Unification (Piano Persatuan) tersebut, dijelaskan bahwa alat musik itu masih berfungsi. Tapi, warna suaranya berubah. Lebih magis. Lebih menggetarkan.

Dalam kunjungan singkat itu, para turis juga bisa ”seolah-olah” sudah mampir ke Korut. Ada loket yang memajang stempel semacam visa on arrival (visa saat datang). Siapa pun boleh menstempel apa pun sebagai tetenger pribadi. Bak sudah naik kereta ke Pyongyang.

***

Tujuan selanjutnya adalah Pos Observasi Dora. Tempatnya di puncak gunung. Namun, jaraknya hanya 10 menit perjalanan dari Stasiun Dorasan.

Jalannya menanjak dan sedikit berkelok-kelok. Di kiri kanan adalah hutan tempat pertempuran sengit enam dekade silam.

Sesosok prajurit Korsel langsung naik ke bus. Tanpa berbicara, dia langsung menghampiri tiap kursi penumpang yang sudah siap dengan paspor terbuka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News