Jejak Preman Medan, dari Wartawan ke Senayan

Jejak Preman Medan, dari Wartawan ke Senayan
Jejak Preman Medan, dari Wartawan ke Senayan
Terungkap pula, keberanian khas preman Medan, yang menemui Kapolda untuk mencari sumber rejeki. "Suatu hari Panda dan Paloh menemui saya. Panda yang bilang, Pak, Surya Paloh minta bisnis. Saya jawab, minta bisnis kok ke Kepala Polisi. Tapi akhirnya saya minta ke asisten saya agar dia dibantu. Itulah pengalaman saya ngadepi preman-preman Medan," ungkap Widodo disambut riuh tawa ribuan hadirin yang memenuhi ruangan Balai Kartini. Surya Poloh ikut tertawa lebar.

Mengenai bisnis apa yang didapat Paloh dari Widodo, terungkap di halaman 32 buku tersebut. "Sebagai anak polisi, Surya Paloh kemudian saya perkenalkan dengan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara waktu itu, Mayor Jenderal Widodo Budidarmo. Saat itu ikut pula Anif, yang sekarang menjadi pengusaha terkenal di Medan. Dari perkenalan itu, Surya mendapatkan bisnis membuat pelat nomor polisi, pengurusan surat izin mengemudi, dan lain-lain. Di belakang hari, bisnisnya ternyata maju," tulis Panda, yang masuk SMA Nasrani di Jl.Padang Bulan, Medan, tahun 1959.

Di masa-masa SMA itu, tulis Panda, dunia remaja di Medan penuh kekerasan. Untuk menjadi Ketua Kelas, harus berkelahi dulu. "Pada masa itu di Medan memang sedang marak geng remaja." Pada bagian lain Panda menulis," Geng saya termasuk yang suka berkelahi dengan geng lain."

Setamat SMA melanjutnya ke Universitas Nommensen, lantas oleh ayahnya disuruh pindah ke Jakarta. Sempat mengambil formulir Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), tapi diurungkan karena lebih tertarik ke Universitas Bung Karno (UBK) hanya gara-gara jiwa ideologisnya mengagumi sosok proklamator itu.

BANYAK sisi menarik yang terungkap dalam acara di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (13/2) malam. Karakter unik profesi wartawan, kenekatan perantau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News