Jokowi, Biden, dan Elon
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Amerika lebih memilih melakukan proxy war dengan melakukan perang ekonomi dan memboikot kepentingan ekonomi Rusia di seluruh dunia.
Aset-aset pengusaha Rusia di Eropa dan Amerika disita atau dibekukan, dan ekspor dari Rusia diboikot dan dihentikan.
Berbagai sanksi ekonomi ini dimaksudkan sebagai upaya menekan Rusia agar segera mengakhiri perang.
Amerika menghendaki agar Rusia tidak diundang ke pertemuan G-20, tetapi Indonesia punya pandangan lain.
Indonesia mencoba untuk menerapkan sisa-sisa diplomasi Non-Blok yang pernah jaya di masa Perang Dingin, dengan tetap mengundang Rusia ke pertemuan G-20 dan mencoba membujuk supaya segera mengakhiri perang. Indonesia juga mengundang Ukraina supaya datang ke pertemuan sebagai peninju karena Ukraina bukan anggota.
Gaya diplomasi dua kaki ala Indonesia ini membuat Amerika tidak senang.
Amerika dan sekutu-sekutunya mengancam akan meninggalkan forum pertemuan kalau nanti Presiden Vladimir Putin atau perwakilan Rusia tampil di acara G-20. Indonesia ‘’ngeyel’’ dan tetap mengundang Putin.
Dalam pidato pertemuan dengan Kongres Amerika Jokowi menyerukan perang harus diakhiri.
Jokowi baru saja berkunjung ke Amerika. Jokowi tidak dijemput tuan rumah Presiden AS Joe Biden menjadi sorotan. Pertemuan dengan Elon Musk juga menjadi bahasan.
- Bea Cukai Tanjung Priok Fasilitasi Ekspor 10 Ton Galvanize ke Amerika Serikat
- Trump Tegaskan Iran Tak Boleh Memiliki Nuklir untuk Alasan Apa pun, Pelucutan Total!
- Penjualan Tesla Terjun Bebas, 75 Persen Menghilang
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia