Kalla: Kekerasan Bergantung 10 Kelompok Media
Jumat, 19 September 2008 – 11:58 WIB

Kalla: Kekerasan Bergantung 10 Kelompok Media
Demikian juga aksi unjuk rasa brutal yang kerap terjadi di masyarakat. Wapres menilai pengaruh media televisi memberi inspirasi bagaimana demo harus dilaksanakan agar mendapat perhatian. ”Dulu ribuan orang demo biasa saja, karena pengeras suaranya hanya TOA seperti di masjid-masjid. Kemarin demo petani gula di depan kantor saya yang hanya diikuti 47 orang, ributnya setengah mati, karena mereka bawa pengeras suara satu truk,” katanya lantas terkekeh. ”Kalau wapres saja dibegitukan, bagaimana bupati-bupati di daerah,” tambahnya.
Baca Juga:
Untuk itu, pemerintah telah memerintah Polri agar bertindak tegas menghadapi unjuk rasa yang rusuh. Polri juga tak lagi menggunakan pasal-pasal subversi yang kontroversial, tapi lebih banyak menggunakan pasal-pasal pidana umum. ”Kalau mereka rusak pagar kantor pemerintah, saya suruh polisi tangkap dan kenakan pasal perusakan. Kalau mereka bakar kantor, saya perintahkan gunakan pasal pembakaran. Itu lebih efektif,” jelasnya.
Setelah polisi bertindak tegas, kata Kalla, aksi unjuk rasa yang destruktif berkurang. Demikian juga kerusakan kantor pemerintah akibat aksi-aksi massa. ”Dulu kalau ada pendemo ditangkap, kantor polisi yang diserbu. Sekarang tidak lagi. Kalau di Amerika, ada orang berani menyerang kantor polisi, bukan hanya ditangkap, tapi tembak di tempat. Jadi tegas, tapi tidak berlebihan,” katanya. (noe/agm)
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kondisi masyarakat Indonesia bergantung pada 45 penguasa informasi. Karena itu, pembenahan seluruh sektor
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Liburan Tanpa Izin, Bupati Indramayu Bakal Magang di Kantor Kemendagri
- Stok Beras Melonjak, Waka MPR: Komitmen Presiden Prabowo Langsung Dibuktikan
- Otto Hasibuan Minta Peserta PKPA Bisa Menaati Kode Etik Ketika Menjadi Advokat
- Majelis Ulama Indonesia Tegaskan Vasektomi Hukumnya Haram
- Pemerintah Janji Tindak Ormas Nakal, Termasuk Grib Jika Bersalah
- Mbak Ita & Suami Kompak Mengaku Tak Tahu Soal Aliran Fee 13 Persen dari Proyek di Kecamatan