Kanjuruhan Mangindaan

Oleh: Dahlan Iskan

Kanjuruhan Mangindaan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tidak boleh ada yang sensi di situ. Pun ketika dicaci dan terkena ludah, bahkan pecahan air kencing yang dibungkus plastik.

Kita harus ingat: saat mengheningkan cipta untuk menghormati Ratu Elizabeth yang meninggal dunia pun menggema teriakan booooo... dari tribun Anfield, stadion Liverpool.

Ratu Elizabeth, pemilik Inggris, diejek di saat yang amat tidak tepat. Ratu tidak emosi. Yang waras mengalah.

Semua kerusuhan di arena sepak bola selalu ada penyebabnya. Beda-beda. Ada yang karena timnya kalah tetapi tidak seharusnya kalah. Wasit yang memihaklah yang menyebabkan kekalahan itu.

Ada juga kalah oleh penyebab lain: pemain bintang pujaan mereka diperlakukan kasar oleh pemain lawan. Sampai pemain itu dibawa ke luar lapangan.

Kekalahan Arema FC kemarin tanpa penyebab seperti itu. Memang penonton emosi. Gara-garanya: Arema menyerang terus, tetapi, kok tidak bisa bikin gol –apalagi dua kali bola Arema membentur tiang gawang.

Emosi jenis ini akan reda sendiri. Asal tidak ada penyebab tambahan yang lain.

Mereka hanya perlu waktu untuk meredakan emosi. Jangan sampai saat menunggu reda itu muncul kejadian lain.

Tragedi Kanjuruhan. Satu-satunya bahasa yang harus digunakan di lapangan bola adalah bahasa bola. Jangan yang lain, apalagi gas air mata.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News