Ketidaksukaan Soeharto pada Keputusan Bung Karno soal Pranoto Pascaperistiwa G30S

Ketidaksukaan Soeharto pada Keputusan Bung Karno soal Pranoto Pascaperistiwa G30S
Soeharto. Foto: The Straits Times

Ternyata keesokan harinya atau pada 2 Oktober 1965 sekitar pukul 11.00, Soeharto diminta menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor. 

Soeharto pun meluncur ke Bogor menggunakan Jeep. Isi mobilnya hanya tiga orang, yakni Soeharto dan ajudannya, Kapten Zeni Bob Sudiyo, serta seorang sopir.

“Sebuah panser Saladin mengawal kami,” kisah Soeharto. 

Tiba di Istana Bogor kira-kira pukul 14.00, Soeharto langsung masuk ke ruangan yang di dalamnya sudah ada Bung Karno, Wakil Perdana Menteri J Leimena, Menteri/Panglima Angkatan Udara Omar Dhani, Leo Watimena, dan Komandan Resimen Tjakrabirawa Brigjen M Sabur. 

“Suasana tegang meliputi kami, maklum di sana ada Omar Dhani yang sudah sangat saya curigai,” ujar Soeharto.

Menurut Soeharto, pada pertemuan itu Bung Karno meminta TNI AD tidak mencurigai angkatan lain soal peristiwa G30S.

Presiden bergelar Panglima Besar Revolusi itu juga menyampaikan keputusannya mengambil alih kepemimpinan di TNI AD. 

“Agar tahu, saya telah megambil alih langsung pimpinan Angkatan Darat dan mengangkat Pranoto sebagai pelaksana harian,” kata Soeharto menirukan ucapan Bung Karno. 

Soeharto tetap tidak sreg dengan pengangkatan Pranoto oleh Bung Karno sebagai pelaksana harian pimpinan TNI AD kala itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News