Kim Jong-un Warisi Takhta Korut
Jumat, 30 Desember 2011 – 11:18 WIB
Barisan 100 ribu tentara berseragam dan warga sipil yang tidak memakai penutup kepala berkumpul di bawah sinar matahari musim dingin di Kota Pyongyang. Semua datang dengan tujuan yang sama. Yakni, memberikan penghormatan terakhir terhadap pemimpin yang berkuasa 17 tahun di Korut hingga menghembuskan nafas terakhir pada 17 Desember lalu.
Saat berdiri di depan ratusan ribu pendukungnya, Jong-un diapit sejumlah pejabat penting pemerintah dan militer. Di antaranya, Jenderal Ri Yong-ho, Menteri Pertahanan (Menhan) Kim Yong-chun. Ada pula adik perempuan Kim Jong-il, Kim Kyong Hui; dan suaminya, Jang Sang-taek, 65. Banyak kalangan yakin bahwa keduanya bakal menjadi mentor bagi keponakan mudanya itu.
Alih kekuasaan kepada Jong-un yang muda dan belum berpengalaman memunculkan pertanyaan dari pihak-pihak di luar Korut soal kesiapan pria 27 tahun tersebut dalam menghadapi berbagai negosiasi. Khususnya, terkait dengan program nuklir, kelaparan, dan embargo ekonomi Barat.
Namun, dukungan dari para tokoh penting dan rakyat Korut jelas terlihat dalam dua hari prosesi pemakaman Kim di Pyongyang. "Fakta bahwa persoalan suksesi telah diselesaikan oleh Panglima Besar Kim Jong-il merupakan pencapaian tertinggi," ujar Yong-nam. "Yang Mulia Kim Jong-un adalah pemimpin partai, militer, sekaligus kepala tertinggi negara yang mewarisi ideologi Kim Jong-il. Baik dari aspek kepemimpinan, karakter, kebijakan, maupun semangat," tambahnya.
SEOUL--Seremoni pemakaman mantan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-il yang berlangsung selama dua hari berakhir kemarin (29/12). Puncak prosesi
BERITA TERKAIT
- Spanyol dan Negara-Negara Eropa Ini Pertimbangkan Mengakui Negara Palestina
- Korsel Bentuk Kementerian Khusus untuk Atasi Angka Kelahiran Rendah
- Angkatan Laut Malaysia Selidiki Kecelakaan Helikopter yang Tewaskan 10 Personel
- Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
- 70 Tahun Kerja Sama Ukraina-UNESCO, Kesedihan & Keberanian Melindungi Budaya
- Israel Serbu Rafah, Amerika Tunda Penjualan Senjata