Kisah – kisah Mistis Buaya Terkam Manusia, Pantang Mandi tanpa Busana dan Cuci Kelambu

Kisah – kisah Mistis Buaya Terkam Manusia, Pantang Mandi tanpa Busana dan Cuci Kelambu
Buaya. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Jamal sendiri juga sudah melihat isyarat yang diberikan anaknya. Namun itu tidak pernah disadarinya. Karena anak kelahiran Tabalar Muara pada 12 Januari 2011 itu, menunjukkan perubahan sikap dalam sepekan terakhir sebelum meninggal dunia.

“Biasanya dia (Andito) malas-malasan untuk salat dan mengaji. Tapi satu minggu itu, dia sangat rajin mengaji dan salat berjamaah. Dia juga menjadi rajin membantu ibunya. Tapi saya tidak tahu kalau itu merupakan tanda anak saya itu akan dipanggil oleh sang Khalik,” ucapnya.

Saat ditemukan, anak ketiga dari enam bersaudara itu, memang sudah meninggal dunia. Namun tanpa luka bekas gigitan di badannya. Luka hanya terdapat di bagian tengkorak kepala bagian belakang, yang diduga akibat benturan saat dibawa buaya menyusuri sungai.

“Sebenarnya ada semacam salam kepada nenek moyang kami di sungai ini. Karena setiap turun ke sungai, kami selalu menyebut namanya. Tetapi maaf kami tidak bisa memberi tahu namanya siapa, karena itu leluhur kami. Dia ada sepasang di sini dan sudah ribuan tahun umurnya. Tetapi sekarang saya sudah trauma mau turun ke sungai lagi. Saya selalu ingat anak saya. Kami sudah ikhlas, tetapi bayangan anak kami selalu hadir,” ujarnya lirih.

Jamal juga mengaku, warga di kampungnya memang punya tradisi larung atau menghanyutkan hasil bumi ke sungai, setiap Lebaran Idulfitri. Namun dirinya membantah jika itu disebut sebagai musyrik, karena tradisi itu sudah menjadi budaya warisan leluhur sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi rezeki.

Sungai Tabalar Muara dengan lebar sekitar 60 meter dan kedalaman hingga 8 meter, memang menjadi satu-satunya akses warga untuk mendapatkan air guna kebutuhan sehari-hari.

Memang pada tahun 2010 lalu, di kampung tersebut sempat dibangun Pos Hidrologi dan mesin pompa untuk mengalirkan air sungai ke satu tempat penampungan. Sehingga warga setempat tak perlu lagi mengambil air dan beraktivitas di sungai. Tinggal mengambil atau mengalirkan air dari tempat penampungan yang disediakan kampung, langsung ke rumah-rumah mereka.

Namun hal itu hanya bertahan selama dua tahun. Pos Hidrologi dan mesin pompa yang merupakan bantuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tersebut, mengalami kerusakan pada tahun 2012 silam. Namun tak kunjung mendapat perbaikan hingga saat ini.

Sudah beberapa kasus warga Kampung Tabalar Muara, Berau, Kaltim, diterkam buaya penghuni Sungai Tabalar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News