Kontroversi Pemberian Nama Jalan Kemal Ataturk, Yusril Angkat Bicara

Kontroversi Pemberian Nama Jalan Kemal Ataturk, Yusril Angkat Bicara
Ilustrasi - Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra. Foto: Ricardo/jpnn.com.

"Dia membentuk sebuah republik bercorak sekuler. Kekhalifahan Turki yang berdiri sejak zaman Osmaniyah dan dianggap simbol pemerintahan Islam dia bubarkan. Kemal memisahkan antara agama (Islam) dengan negara," ujar Yusril.

Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) ini lebih lanjut mengatakan Kemal mengambil alih kekuasaan, saat kekhalifahan Turki sedang redup.

Turki yang bergabung dengan Jerman dalam Perang Dunia I mengalami kekalahan.

Turki yang mulai lemah baik dari segi militer maupun ekonomi, dipaksa mengikuti kehendak Inggris dan sekutunya.

Sementara Khalifah Turki tetap hidup glamor dan bermewah-mewah dalam suasana negara sedang terpuruk.

Pembangunan Istana super mewah Tokhapi di Istambul, dilakukan di zaman Turki sedang terpuruk itu.

"Kehidupan Sultan dan bangsawan Turki menuai kritik di dunia Islam sendiri karena dianggap jauh dari nilai-nilai Islam."

"Mohammad Natsir dalam polemiknya dengan Bung Karno menjelang Indonesia merdeka mengatakan dalam suasana seperti itu, tidak perlu lagi ada pemisahan antara Islam dengan negara, sebab dalam kenyataannya Islam memang sudah terpisah dengan negara seperti ditunjukkan oleh perilaku penguasa kekhalifahan Turki itu," ucap Yusril.

Yusril Ihza Mahendra angkat bicara menyikapi kontroversi pemberian nama jalan Kemal Ataturk, begini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News