Kontroversi Pemberian Nama Jalan Kemal Ataturk, Yusril Angkat Bicara
"Demikian juga dengan mengganti nama Jalan Kramat Raya dengan Jalan Mohammad Natsir. Jalan Matraman Raya dengan Jalan Kasman Singodimedjo. Jalan Warung Buncit dengan Jalan AH Nasution," katanya.
Yusril kemudian menyarankan ke depan sebaiknya pemerintah tidak usah lagi meminta negara lain memberi nama jalan dengan tokoh bangsa Indonesia.
Sebab, ketika mereka juga meminta nama tokoh mereka dijadikan nama jalan di Jakarta, bisa menimbulkan kontroversi.
"Di masa lalu, Indonesia pernah dengan inisiatif sendiri memberi nama jalan dengan tokoh negara lain. Ambil contoh Jalan Patrice Lumumba yang terletak antara Jalan Gunung Sahari dengan Bandara Kemayoran zaman dulu. Lumumba adalah pemimpin Republik Kongo di Afrika. Dia dikudeta dan oleh lawan-lawannya dan dituduh komunis."
Kemudian, di zaman Orde Baru yang anti komunis, nama Jalan Patrice Lumumba diganti dengan Jalan Angkasa sampai sekarang.
Nama Angkasa terkait dengan bandara, walau Bandara Kemayoran sudah sejak 1984 pindah ke Cengkareng.
"Tidak merasa berat menggantinya karena nama Jalan Patrice Lumumba karena kita berikan sendiri, bukan atas permintaan Pemerintah Kongo," katanya.
Yusril menilai, memberi nama jalan dengan nama tokoh atau pahlawan memang akan selalu berhadapan dengan dilema.
Yusril Ihza Mahendra angkat bicara menyikapi kontroversi pemberian nama jalan Kemal Ataturk, begini
- Pendiri CSIS Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Dinilai Berdasarkan Pencapaian Nyata
- PPATK Apresiasi Kinerja Pemerintah dan Polri dalam Penindakan Judi Online
- Hadir di Jakarta, Turkish University Fair 2025 Diminati Pelajar dan Masyarakat
- Pameran Pendidikan Turki Terbesar Hadir di Jakarta, Ada 25 Kampus Ternama
- Pemerintah Klaim Utamakan Kepentingan Nasional dalam Negosiasi Dagang dengan AS
- DPR Bahas RUU Kepariwisataan, Apa Misinya?