Kota Tua Menjadi Pilihan Belajar, Diikuti Setiap Anak Setiap Sore

Kota Tua Menjadi Pilihan Belajar, Diikuti Setiap Anak Setiap Sore
Kota Tua Menjadi Pilihan Belajar, Diikuti Setiap Anak Setiap Sore

Begitulah gambaran susana setiap Sabtu sore di Taman Fatahillah. Mulai pukul 15.00-18.00, sekitar 150 anak-anak kecil berkumpul, belajar bersama di teras luar Gedung Pos Indonesia. “Mereka ini ada yang anak jalanan, pengamen, anak-anak pedagang kaki lima, dan sejenisnya. Di antaranya juga ada yang putus sekolah,” ujar Bunda Any (37), Kepala pembina anak-anak di lokasi itu.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya. Berawal dari satu ajakan, diikuti ratusan kawan kecil lainnya. Niat tulus Any tidak memberi sedekah ke anak-anak pengamen. Mengundang kebaikan lain, bersedia memberikan makan dan minum apa yang mereka ingin. Lebih dari itu, kata hatinya menyentuh ke pendidikan yang seharusnya anak-anak jalanan itu peroleh. Tapi malah menghabiskan waktu mencari uang.

“Tadinya setiap Sabtu saya ajak nongkrong aja, tapi lama kelamaan makin banyak, mereka ajak temannya yang lain,” ucap perempuan bernama lengkap Any Kusuma Dewi itu.

Dua tahun berlalu, kegiatan belajar mengajar anak asuh Any berjalan lancar. Hanya untuk satu tujuan, agar anak-anak senang. Nyatanya begitu, setiap ketemu Bunda. “Kalau dulu, terlalu riuh pedagang di taman ini jadi gak kebagian tempat,” ucapnya.

Disebut perempuan asal Blitar, Jawa Timur itu program edukasi yang diberikan ke anak-anak jalanan ini 'Bermain sambil belajar'. Menurutnya, anak-anak di usia antara 3-15 tahun itu sedang asyik-asyiknya bermain. Bagaimana membuat mereka tetap ingin belajar, pastinya penyampaian materi juga layaknya permainan.

“Gak jarang, anak-anak diminta berkeliling, mencatat tentang sejarah bangunan di sekitar taman ini, kapan didirikan dan letaknya di mana,” kata Any.

Lambat laun, kecintaan Any melekat di hati anak-anak asuhnya di taman itu. Komunitas yang tadinya kecil, tumbuh membentuk Yayasan. Any menamainya Yayasan Tri Kusuma Bangsa. “Dua tahun lalu yayasan itu saya bentuk, saya yang pelopori sendiri biar anak-anak betah belajar disini," kata ibu beranak tiga itu.

Tanpa lokasi, tanpa kantor pusat, yayasan yang dibentuk Any melaju di taman itu. “Ya di sini saja, gak pakai kantor pusat segala, saya cuma ingin anak-anak bangga saja, sama diri mereka sendiri,” ujarnya sambil terus tertawa. “Haha, punya yayasan tapi gak punya tempat, saya cukup senang di taman ini bisa lepas,” tambahnya.

Berakhir pekan dengan keluarga di kawasan wisata Kota Tua tentu mengasyikan. Namun, tidak demikian bagi mereka, anak-anak jalanan yang kurang beruntung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News