Lahirnya Seorang Diktator

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Lahirnya Seorang Diktator
Kanselir Jerman Adolf Hitler. Foto: Jupiterimages/Britannica

Soekarno yang flamboyan dan high profile kemudian digantikan oleh Soeharto yang seolah-olah menjadi antitesis Sukarno.

Soeharto seorang jenderal yang tenang, banyak senyum, tidak menunjukkan emosi, dan mengambil keputusan dengan hati-hati.

Ada sebuah tanda tanya besar mengapa Soeharto yang muncul sebagai pemenang dalam krisis persaingan politik yang mencekam itu.

Mengapa kemudian Soeharto yang pendiam dan banyak senyum bisa menjadi eksekutor ratusan ribu orang anggota dan simpatisan PKI. Mengapa Soeharto bisa bertahan menjadi penguasa otoriter sampai 32 tahun tanpa ada yang bisa menghalangi.

Ada benang biru sejarah mengenai kemunculan pemimpin-pemimpin kuat di dunia. Ada ketidaksengajaan sejarah yang tetap menjadi misteri.

Adolf Hitler dan Partai NAZI pimpinannya tidak bisa memenangi pemilu. Rakyat Jerman menolak NAZI.

Akan tetapi, presiden Jerman kemudian memberi mandat kepada Hitler untuk menjadi kanselir. Itulah titik balik sejarah yang melahirkan bencana di Eropa yang dampaknya terasa di seluruh dunia.

Kemunculan Suharto ada banyak unsur kemiripan dengan naiknya Jenderal Augusto Pinochet di Chile pada 1970-an. Ia didapuk menjadi presiden setelah Salvador Allende -presiden berpaham kiri yang terpilih secara demokratis- digulingkan oleh kudeta militer.

Menipisnya budaya toleransi dan kompromi politik bisa melahirkan penguasa otoriter, bahkan seorang diktator. Indonesia pun menghadapi kemungkinan yang sama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News